Jakarta,IntiJayaNews.com – Petilasan Sri Aji Jayabaya bukan hanya tempat ziarah, tapi juga cermin peradaban Jawa kuno yang masih bernapas.Menawarkan sebuah destinasi spiritual dengan sensasi berbeda.
Ini dia 9 keajaiban mistis di Petilasan Sri Aji Jayabaya yang dipercaya masyarakat setempat:
- Tiga Prasasti Jejak Moksa Area utama petilasan memiliki tiga titik penting berupa prasasti atau loka, yang diangggap sebagai tempat menghilang atau moksanya Sri Aji Jayabaya: Loka Mahkota – tempat Sri Aji Jayabaya melepas mahkotanya, Loka Busana – tempat ia menanggalkan pakaian kebesaran, Loka Moksa – titik terakhir sebelum dirinya lenyap menuju kesempurnaan. Ketiga titik ini menjadi jalur napak tilas utama para peziarah, dilakukan sambil bersimpuh dan berdoa dengan penuh khidmat.
- Aura Mistis di Malam 1 Suro Meski dihadiri oleh ratusan orang, suasana petilasan menjadi semakin hening dan khusyuk setiap malam
1 Suro. Seperti ada magnet kuat yang menempel di setiap pengunjung untuk senyap.
Ratusan orang datang membawa sesaji, doa, dan harapan. Kadang terdengar gamelan samar dari arah sendang, tanpa tahu siapa yang memainkannya. Bagi masyarakat, itu bukan sekadar “suara gaib”, melainkan pertanda restu leluhur. - Arca Siwa Harihara dan Ganesha: Simbol Keseimbangan dan Perlindungan Di sisi kolam, berdiri dua arca: Siwa Harihara (simbol perdamaian) dan Ganesha (simbol kebijaksanaan dan penolak bala). Peziarah kerap meletakkan bunga atau dupa di hadapan arca ini sebagai simbol doa agar hidup tenteram dan dijauhkan dari bahaya.
- Air Suci Sendang Tirto Kamandanu: Sumber Awet Muda Lokasinya 200 meter dari petilasan, Sendang Tirto Kamandanu adalah kolam alami dengan tiga tingkatan—sumber, penampungan, dan kolam pemandian. Konon, air di sini tidak pernah kering meski musim kemarau panjang. Banyak peziarah meyakini bahwa mencuci muka di sini bisa membersihkan aura dan membuat awet muda.
“Airnya adem sekali, setelah cuci muka seperti ringan dan segar,” ujar Sulastri (45), peziarah asal Nganjuk. Bahkan Mbah Sempu (77), penjaga sendang, mengatakan, “Kalau cuci muka di sumur itu bisa bikin bersih aura dan awet muda. Tapi ya tergantung niat, harus dengan hati yang bersih.” - Pohon-Pohon Tua Penjaga Petilasan Beberapa pohon besar di area petilasan dipercaya sudah berusia ratusan tahun. Penduduk sekitar menyebutnya “pepohonan penjaga”, karena siapa pun yang menebangnya tanpa izin, konon akan sakit berhari-hari.Namun, bagi warga Desa Menang, itu bukan kutukan — melainkan pengingat untuk menjaga kelestarian alam, apalagi pada adab terhadap tempat suci.
- Ritual Andhap Asor: Bersimpuh Menuju Moksa Sebuah tradisi bagi siapapun yang berjalan menuju moksa harus berjalan ‘jongkok’, atau biasa dikenal dengan ‘Andhap Asor’. Dengan berjalan bersimpuh menuju prasasti moksa, para peziarah belajar tentang andhap asor—kerendahan hati dan penghormatan pada leluhur. Inilah yang membuat Petilasan Joyoboyo tak hanya sekadar tempat bersejarah, melainkan ruang spiritual yang hidup, di mana keyakinan kepada Yang Kuasa dan manusia bertemu.
- Ramalan yang Menjadi Kenyataan Jayabaya dikenal melalui ramalannya yang disebut Jangka Jayabaya, yang meramalkan penjajahan bangsa asing, masa kekacauan, hingga datangnya kemerdekaan Indonesia. Kalimatnya yang paling terkenal adalah, “Akan datang zaman edan, wong bener kalah karo wong licik, wong cilik nggeragas, wong gedhe nggege mangsa.”
Meski awalnya adalah sebuah ramalan yang akhirnya benar-benar terjadi pada jaman penjajahan, tetapi sejatinya ramalan ini masih relevan hingga masa kini—seolah menegur manusia modern yang mulai kehilangan kebijaksanaan.
- Tradisi Ziarah Tanpa Sekat Agama Yang menarik, pengunjung Petilasan Jayabaya datang dari beragam latar belakang agama dan kepercayaan. “Tidak ada batasan di sini, yang datang semua saudara,” ujar Eko, warga Menang. Bagi mereka, Jayabaya bukan hanya raja, tetapi juga simbol kebijaksanaan universal.
- Energi Spiritual yang Menenangkan Banyak pengunjung mengaku merasakan ketenangan luar biasa ketika duduk di sekitar sendang atau di depan prasasti. Mereka tidak hanya berziarah atau melakukan ritual, melainkan untuk menenangkan diri dan mencari inspirasi hidup.
Menanggapi Antara Mistis atau Makna Hidup Mungkin bagi kebanyakan orang di kehidupan serba modern ini, petilasan ini adalah sebuah mistis kuno belaka.
Tetapi bagi mereka yang meyakini, Petilasan Sri Aji Jayabaya adalah ruang spiritual yang hidup. Dari sejarah yang bertemu dengan kebijaksanaan membentuk adat dana budaya. Apakah semua keajaiban ini nyata atau hanya kepercayaan turun-temurun?
Tak ada yang bisa memastikan, karena sejatinya kembali kepada kepercayaan masing-masing individu. Namun Mbah Mukri, juru kunci petilasan mengatakan, “Yang datang dengan hati bersih, pasti pulang dengan rasa damai.”
Tetapi terlepas dari segala hal mistis yang melekat pada Petilasan, pemerintah kabupaten Kediri mendukung Petilasan Sri Aji Jayabaya sebagai pariwisata dan daya tarik Kediri.(Sumber: Sindonews)





