Jakarta,IntiJayaNews.com – Kirab Kerbau Bule telah menjadi tradisi sakral Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam atau 1 Muharam dalam kalender Hijriah.
Tahun ini 1 Sura dalam penanggalan Jawa jatuh pada tanggal 27 Juni 2025, Tradisi kirab Kerau Bule telah berlangsung selama ratusan tahun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Jawa yang penuh dengan simbolisme dan nilai spiritual.
Asal-usul kehadiran kebo bule dalam tradisi Keraton Surakarta tidak lepas dari sejarah panjang kerajaan. Berdasarkan literatur dari Kepustakaan Keraton Nusantara, kebo bule Kyai Slamet merupakan keturunan dari kerbau bule yang diberikan sebagai hadiah oleh Kiai Hasan Besari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II, Raja Keraton Kartasura.
Hadiah tersebut berupa seekor kerbau albino dan sebuah tombak pusaka bernama Kyai Slamet, yang diberikan saat Paku Buwono II hendak kembali ke Keraton Kartasura usai peristiwa Geger Pacinan. Kerbau tersebut kemudian menjadi pengawal tombak pusaka dan sejak saat itu mulai disebut oleh masyarakat sebagai Kebo Kiai Slamet.
Ketika Paku Buwono II mencari lokasi baru untuk mendirikan keraton pengganti Kartasura pada tahun 1725, kerbau tersebut dilepas di alam bebas. Ia berhenti di lokasi yang kini menjadi Keraton Surakarta. Sejak saat itulah kebo bule menjadi simbol spiritual yang melekat dalam setiap kirab pusaka.
Kebo bule Kyai Slamet dimaknai sebagai simbol keselamatan, klangenan (kesayangan) raja, dan bagian dari warisan sejarah kerajaan. Namun di sisi lain, persepsi masyarakat awam terhadap hewan ini sering kali berbeda. Banyak yang meyakini bahwa kebo bule memiliki kekuatan magis yang dapat membawa berkah. Akibatnya, tidak sedikit warga yang berebut untuk menyentuh, mengambil air jamasan, bahkan memungut kotoran kebo bule yang tercecer di sepanjang rute kirab.
Kirab Malam 1 Suro merupakan warisan budaya yang kaya makna. Tidak hanya menjadi simbol spiritual dan sejarah, tradisi ini juga menjadi wahana komunikasi budaya antara Keraton dan masyarakat. Meski terdapat beragam tafsir terhadap peran kebo bule dalam kirab ini, namun nilai utama yang ingin disampaikan adalah harapan akan keselamatan dan ajakan untuk introspeksi diri menjelang tahun baru.(Sumber: Antaranews)