Published On: Ming, Feb 7th, 2016

Yayuk Basuki: “Jangan Ada Lagi Kasus Hambalang Kedua!”

Share This
Tags
(foto:Ist)

(foto:Ist)

IJN.CO.ID – Penggunaan dana alokasi untuk Asian Games oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menjadi sorotan Komisi X DPR RI. Komisi X menilai Kemenpora menghamburkan dana untuk kegiatan yang belum jelas manfaatnya.
Awal tahun 2015 Kemenpora meminta tambahan dana sebesar Rp102 miliar, dan hal itu sempat dipertanyakan Komisi X.
“102 miliar ini tak sedikit. 20-30 miliar sebenarnya sudah bagus. Jawaban dari Menpora waktu itu dana digunakan untuk sosialisasi Asian Games, hubungan antarlembaga, dan hubungan antar PB.”
“Atas pertimbangan itu komisi X akhirnya meloloskan anggaran itu,” ujar salah satu anggota Komisi X, Yayuk Basuki.
Namun menjelang akhir tahun 2015, sosialisasi Asian Games yang diadakan di enam kota besar: Surabaya, Makassar, Banten, Balikpapan, Palembang dan Medan, membuat Yayuk bertanya-tanya.
“Kok di akhir tahun banyak buang-buang anggaran, tiba-tiba ada acara di enam kota besar. Nah saya pertanyakan ini acara apa, tujuannya apa, anggarannya dari mana,” ujar Yayuk menegaskan.
Panja untuk Asian Games
Dugaan penyimpangan anggaran itu sendiri merupakan hasil kerja Panitia Kerja (Panja) untuk Asian Games, yang dibentuk dua pekan lalu.
Pembentukan Panja itu dilatarbelakangi harapan Komisi X agar penyelenggaraan Asian Games tidak bakal diselimuti skandal penyelewengan dana, seperti yang pernah terjadi dalam kasus Hambalang.
“Kita sudah pernah ada contoh yang lalu seperti penyimpangan kasus hambalang, jangan sampai ini terulang lagi.”
“Saya mewakili Komisi X, kami membentuk Panja untuk Asian Games karena salah satu fungsi kami adalah pengawasan. Takutnya tanpa pengawasan, (persiapan Asian Games) amburadul juga dan status tuan rumah bisa diambil Tiongkok,” ujar Yayuk mewanti-wanti.
Selain itu, Yayuk juga menegaskan pentingnya pengawasan oleh Panja lantaran menjelang Asian Games, akan ada banyak hal yang perlu dipersiapkan.
“Kita ini sedang menghadap Asian Games 2018 nanti. Sudah pasti disitu banyak sekali hal-hal atau kepentingan utnuk negara kita tidak hanya dari segi prestasi, tapi banyak hal lainnya yang perlu dipersiapkan,” ujar mantan petenis itu melanjutkan.
“Saat ini kita masih diawasi oleh OCA. mampu tidak nih. Apalagi sepertinya kita terkenal dengan pembangunan yang instan, jadi jangan sampai hancurnya instan juga,” papar Yayuk yang mewakili Partai Amanat Nasional di DPR.
BIO-DATA:
Sri Rahayu Basuki atau lebih dikenal dengan nama Yayuk Basuki (lahir di Yogyakarta, 30 November 1970; umur 45 tahun) adalah mantan pemain tenis dari Indonesia dan dunia yang terkenal pada era tahun 1990-an.
Ia memulai karier profesional pada tahun 1990. Pada tahun berikutnya, ia menjadi petenis Indonesia pertama yang menjuarai turnamen profesional. Sepanjang kariernya, Yayuk berhasil memperoleh enam gelar tunggal Tur WTA dan sembilan gelar dari ganda. Prestasi terbaiknya dalam turnamen Grand Slam adalah mencapai babak perempat final Wimbledon pada tahun 1997. Dia pensiun sebagai pemain tunggal pada tahun 2000, namun tetap menjadi pemain ganda aktif sampai pensiun pada 2013.
Peringkat tertinggi yang pernah dicapainya adalah posisi ke-19 untuk bagian tunggal dan ke-9 untuk bagian ganda. Jumlah uang yang diperolehinya selama karier adalah US$ 1.645.049.
(berbagai sumber/jef)