Published On: Sel, Mei 26th, 2015

UNESCO kukuhkan Babad Dipanegara dan Negarakertagama sebagai Memory of the World (MoW)

Share This
Tags
Mendikbud ketika diwawancarai di Perpustakaan Nasional selepas acara penyerahan piagam Unesco

Mendikbud ketika diwawancarai di Perpustakaan Nasional selepas acara penyerahan piagam Unesco

Jakarta,IJN.CO.ID- Ingatan dunia atau Memory of the World (MoW) atau disebut warisan dokumenter diartikan dengan ingatan manusia dari peradaban kuno dan modern, sebagian besar warisan budaya dunia. Pengakuan dunia terhadap warisan budaya tidak hanya pada warisan benda seni dan budaya seperti angklung dan batik tetapi juga terhadap peninggalan kuno berupa manuskrip bersejarah. Oleh karenanya Perpustakaan Nasional pada tahun 2008 mengusulkan 2 dari ribuan koleksi naskah kunonya sebagai MoW. Adapun naslah kuno yang diusulkan adalah Babad Dipanegara dan Negara Kertagama. Dalam acara perayaan akbar penyambutan piagam naskah Negara Kertagama dan Babad Dipanegara yg dihadiri oleh Menteri Pendidikan Anies Baswedan di Perpustakaan Nasional hari ini (25/06), Mendikbud menjelaskan pentingnya melestarikan transkrip-transkrip kuno demi pembelajaran sakan sejarah bangsa “Di perpustakaan ada 10.300 dokumen, kita juga berharap anak2 muda bisa meneliti naskah-naskah kuno agar generasi penerus bisa mempelajari sejarah kebesaran bangsa ini” jelas Anies Menteri Pendidikan menambahkan bahwa sejarah bangsa ini seringkali dipelajari dari tulisan-tulisan yang ada di luar negeri, dan oleh karenanya Perpusnas dalam memperingati 35 tahun usianya berusaha mengumpulkan kembali seluruh naskah-naskah kuno yang ada baik didalam maupun luar negeri untuk dapat disimpan dan dilestarikan di Perpustakaan Nasional. Buku Negara Kertagama sendiri yg ditulis oleh Mpu Prapanca pada lembaran lontar, berisi kesaksian tentang kebesaran Kerajaan Majapahit di era Raja Hayam Wuruk. Buku Kitab Negara Kertagama pernah hilang bersama keruntuhan Majapahit hingga akhirnya ditemukan kembali oleh seorang berkewarganegaraan Belanda dan dibawa kesana untuk dipelajari serta disimpan di Universitas Leiden hingga akhirnya dikembalikan kepada Pemerintah Indonesia pada tahun 1973. “Ini adalah catatan pribadi seorang tokoh kunci dalam sejarah Indonesia modern. Hal ini juga otobiografi pertama dalam sastra jawa modern dan menunjukkan sensivitas yang tidak biasa dengan kondisi lokal dan pengalaman,” tulis Unesco dalam situsnya. Adapun naskah (manuskript) Babad Dipanegara yang ditulis dalam bahasa jawa saat ini masih tersimpan di Perpustakaan Nasional RI, sedangkan naskah yang berbahasa Arab berada di Belanda. (MAS)