The Red Line of 30 Years Widhi Budimulia Portraiture
JAKARTA, IJN.CO.ID – Tiga puluh tahun adalah sebuah perjalanan yang cukup panjang menuju pada sebuah kedewasaan berfikir dalam menuangkan kreasi di industri busana Indonesia. Rentang waktu yang telah dilalui dengan terus menerus berkarya akhirnya membawa nama Widhi Budimulia menjadi salah satu perancang busana yang dikenal memiliki talenta yang selalu berkembang di negeri ini. Menekuni bidang busana selama tiga dekade dengan tetap mempertahankan kualitas serta idealisme dari satu tren busana ke tren busana yang lain, bukan merupakan sesuatu yang mudah dilalui oleh seorang perancang busana, termasuk Widhi Budimulia. Akan tetapi dengan dedikasi dan konsistensi terhadap setiap kreasinya, Widhi berhasil untuk terus bermetamorfosis mengembangkan setiap detil ornamen yang mempengaruhi hasil akhir setiap rancangan busana yang dibuatnya.
Memasuki bulan Desember yang merupakan penghujung tahun 2015, Widhi Budimulia telah mempersiapkan sebanyak 30 (tiga puluh) koleksi busana karya terbarunya, dimana Widhi mengambil tema benang merah (The Red Line) yang menghubungkan garis rancangan mulai awal karirnya 30 tahun yang lalu sampai sekarang. “The Red Line of 30 Years Widhi Budimulia Portraiture” bagaikan membuka sebuah album kenangan yang berisi berbagai gambaran masa lalu, yang menorehkan banyak garis warna dalam variasi konsep busana dari tahun ke tahun. Pemakaian ornamen pada kain berupa lace, satin, duchess, paquard, ciffon, tulle serta penambahan detil berupa jahitan bordir dan opnaisel dengan drapping dan beading payet sengaja dimainkan Widhi untuk menambah kemewahan pada setiap busana yang juga ditampilkan oleh beberapa model senior, para sahabat yang mengawal karir Widhi sejak 30 tahun yang lalu hingga saat ini.
“Hal ini juga bermaksud untuk memberikan suatu gambaran bahwa busana-busana yang diciptakan Widhi Budimulia selalu cantik dan memikat untuk berbagai usia pemakainya. Memiliki persamaan konsep dimana Gran Melia Jakarta mengedepankan warna merah sebagai simbol hotel yang dinamis dan Widhi Budimulia yang ingin menonjolkan warna merah sebagai dominasi karyanya yang dimunculkan pada nuansa Natal bulan Desember ini, maka bertempat di Lobby Lounge, Widhi mempercayakan hasil jerih payahnya selama 30 tahun digelar di hotel kami dan diberi judul The Red Line of 30 Years Widhi Budimulia Portraiture”, demikian penjelasan Ratna Sjamsiar Idris – Director of Marketing & Communications Gran Melia Jakarta.
Bentuk potongan busana dengan ciri khas simple, classic dan elegan merupakan ciri khas yang dibangun Widhi sejak 30 tahun yang lalu. Busana dengan warna hitam, berupa gaun yang diberi hiasan manis dibeberapa cutting edge mengawali acara peragaan busana yang dibawakan dengan sempurna oleh para top model Indonesia masa kini.
Butiran kilau Swarovski serta asesoris dari Elizabeth Wahyu dipasangkan pada setiap koleksi Widhi, yang dipadu dengan flower print cloth dan aplikasi bordir yang mewah nan kemilau. “Inilah gambar masa lalu saya yang tertuang dalam coretan yang awalnya berupa sketsa, dimana akhirnya saya visualisasikan menjadi balutan busana yang menawan, ketika saya terpilih menjadi juara ke 3 dan favorit lomba Perancang Mode Femina tahun 1986”, kata Widhi Budimulia.
“Berawal dari situlah kecintaan saya terhadap dunia mode terus saya asah dan saya tidak pernah berhenti belajar untuk mengikuti tren mode dunia yang saya sesuaikan dengan kultur budaya Indonesia melalui tangan saya”, ungkap Widhi.
“Setiap tahun, dunia mode perkembangannya pesat, supaya tidak tertinggal maka sentuhan baru dan inovasi selalu saya lakukan, misalnya seperti saat ini karena saya memasuki 30 tahun berkarya maka saya ingin punya sesuatu yang istimewa. Sehingga lahirlah ide menyambung benang merah yang menghubungkan tren busana ciptaan saya selama 30 tahun. Sebenarnya benang merah saya lebih panjang dari 30 koleksi busana baru, yang saya tunjukkan dalam kombinasi pita dalam permainan motif bunga. The Red Line atau benang merah saya, punya banyak variasi setiap tahunnya.
Berbagai jenis busana telah saya ciptakan dengan nuansa yang tidak terhitung lagi. Saat ini memasuki Festive Season menuju ke perayaan Natal, maka saya memakai banyak warna merah dengan berbagai posisi dan bentuk berupa tarikan garis yang tegas tapi tetap dibuat simple dengan siluet menawan, baik bentuk flowing (mekar) ataupun dangle (menjuntai).
Busana wearable masih jadi menjadi fokus saya dengan bermacam aplikasi penggunaan pita”, demikian penjelasan Widhi Budimulia. “Peragaan busana bekerjasama dengan hotel gran Melia Jakarta kali ini terbagi menjadi 3 bagian penting, yang bercerita tentang 10 tahun pertama, 10 tahun kedua dan 10 tahun ketiga dalam perjalanan karir saya, dimana intinya adalah tentang motif – tekstur – memiliki efek jatuh yang ringan dipakai, seperti yang saya katakan tadi wearable bagi siapapun pemakainya, meski terlihat seperti gaun yang berat padahal ringan dipakai”, lanjut Widhi.
Disamping memiliki banyak klien yang memesan busana tailor-made Widhi Budimulia yang juga berkecimpung dalam bisnis busana siap pakai, busana pengantin, serta beberapa tahun terakhir mengeluarkan brand I-ZEN yang terfokus pada material kain batik Garut. Beberapa perajin batik dari Garut telah dipilih oleh Widhi untuk mensuplai kebutuhannya mengembangkan brand I-ZEN sebagai batik siap pakai. “Hal ini adalah salah satu dedikasi saya terhadap Indonesia dan saya bangga bisa menjadi salah satu fashion designer yang membawa warisan budaya bangsa yaitu kain batik menjadi salah satu karya saya”, kata Widhi Budimulia.
Diakhiri dengan parade busana berwarna merah sesuai dengan tagline hotel Gran Melia Jakarta yaitu Inspired by Red, kemeriahaan suasana awal bulan Desember diwarnai pula dengan permainan musik Grand Harpa oleh Patricia Budimulia yang merupakan keponakan dari perancang busana Widhi Budimulia.
Paduan Suara Anak Indonesia (PSAI) pimpinan Aida Swenson Simanjuntak dengan musik aransemen orkestra yang digarap dengan sempurna oleh B. Tamam Hoesein memberikan sentuhan dan semangat memasuki perayaan Natal, menampilkan lebih dari 10 lagu-lagu Natal dengan koreografi yang indah berupa tarian yang dibawakan oleh anak-anak usia 7 sampai 12 tahun.
Rangkaian acara Natal di hotel Gran Melia Jakarta mencapai puncaknya yaitu penyalaan pohon Natal setinggi lebih kurang 6 meter yang terletak di depan pintu masuk hotel, oleh pemilik hotel Ibu Christine & Ibu Reggy Suriadjaja bersama General Manager hotel, Mrs. Ruth Abellan.
Disebelah pohon Natal terpasang rumah roti jahe (Gingerbread house) yang dipasang dengan menggunakan potongan kue jahe sebanyak hampir 500 keping, disusun dan dihias sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah rumah yang bisa dimasuki orang, ikut memberikan kesan yang istimewa untuk perayaan Natal tahun 2015 ini.(fidel)