Jakarta,IntiJayaNews.com – Tanaman Gaharu nilainya juga cukup tinggi dengan harga mencapai US$20 ribu-US$100 ribu (Rp333,4 juta-Rp1,6 miliar) per kg.Proses jual beli masih berlanjut hingga kini.
Gaharu sendiri merupakan tanaman khas tropis. Wangi khasnya berasal dari infeksi mikroba atau jamur pada tanaman gaharu (Agarwood) yang terluka.
Peneliti Ashley Buchanan di Daily JStor menuliskan tanaman gaharu yang terluka hanya ada 7%-10% populasi. Artinya tanaman ini langka dan harganya mahal.
Khusus di Indonesia, Gaharu banyak ditemukan di Sumatera. Kerajaan kuno telah melakukan ekspor tanaman itu, seperti Kerajaan Sriwijaya yang menjualnya ke pedagang Arab selama abad 7-11 Masehi.
Sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (1996) menjelaskan gahari dijual dengan kapur barus, cendana dan rempah-rempah lain.
Pasar penjualan Gaharu juga menuju para pedagang Mesir, termasuk Abu al-Abbas. Pedagang kaya raya mendapatkan untung besar dari bisnisnya menjual Gaharu.
Arkeolog Slamet Mulyana dalam Sriwijaya (2006) mengatakan Gaharu dalam berita China disebut sebagai komoditas ekspor dan upeti dari Kerajaan Pahang dan Kelantan di Malaya ke Kekaisaran China. Gaharu dikirim dengan emas sebagai permintaan perlindungan pada China.
Wilayah lain yang juga menjadi sumber Gaharu adalah Sumatera Barat. Banyak pedagang Gujarat India diungkapkan penjelajah Tome Pires dalam Suma Oriental (1515) kerap mendatangi wilayah itu untuk kayu Gaharu dan komoditas lain.
Setiap tahunnya terdapat 1-3 kapal yang berkunjung ke Pariaman untuk membawa Gaharu. Kayu itu kemudian dijual lagi ke Jazirah Arab dengan harga tinggi.(CNBC)





