Suka Duka Petugas Damkar: Tak Kenal Tanggal Merah,Kangen Anak Istri Melalui Telepon
JAKARTA,IJN.CO.ID – Karyawan Damkar (Pemadam Kebakaran ) tidak mengenal tanggal merah, tiap hari melaksanakan tugas tanpa mengenal waktu. Bahkan tidurpun mata serasa tidak pernah pejam.”Itulah petugas Damkar tidak mengenal lelah dan waktu libur,” kata Pardjoko Kasudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Pemkot Jakarta Barat, Rabu 29 Juli..
“Jadi tugas Damkar tidak mengenal hari libur, bahkan mau cutipun waktunya sudah diatur oleh atasan. Itulah tugas Damkar cukup berat, tapi sangat disenangi oleh semua karyawan Damkar,” ujar Pardjoko.
Untuk cuti hari raya Idul Fitri bagi Damkar sudah diatur oleh Pemprov DKI Jakarta pada H-7 dan pada H+7 bukan pada saat hari raya Idul Fitri. Setiap tahun tidak semua petugas Damkar bisa mengambil cuti, dari 507 karyawan terbagi 3 shif hanya 5 persen yang diberikan cuti.” Itupun pada waktu 7 hari sebelum hari Raya dan tujuh hari setelah hari Raya,” kata Pardjoko.
Menurut Pardjoko bahwa istri para Damkar umumnya mendukung suaminya bekerja lembur pada saat hari Raya Idul Fitri. Karena sebelum menikah rata rata teman teman yang bekerja di Damkar saat pacaran sudah diberitahu kerja calon suaminya. “Jadi semua istri Damkar tidak ada masalah, mereka mendukung”, ujar Pardjoko.
Menurut Pardjoko saat hari Raya sedang piket di kantor, bila dia merasa kangen dengan anak dan istrinya. Dia langsung ambil Hp lalu saling telponan dengan istrinya dan begitu pula dengan anaknya yang tahun ini tugas sebagai dokter di rumah sakit, dia telpon anaknya. Tapi sebelumnya anaknya yang menelpon dia, begitulah menjadi abdi negara, kata Pardjoko.
“Jadi tidak ada masalah dalam kangen kangenan pada saat hari raya Idul Fitri baik pada istri dan anak”, ujar Pardjoko.
“
Selamat bertugas papa curahkan pikiran pada tugas, biarkan aku di rumah menunggu papa. Karena hasil yang papa terima dari negara untuk kita bersama. Mama baik baik saja di rumah, semoga papa pun demikian. Begitu besar dukungan istri saya, mungkin istri teman teman saya juga demikian”, ujar Pardjoko.
Begitu juga petugas Balakar yang terbentuk dari masyarakat, mereka pada Hari Raya Idul Fitri stand by di pos Pemadam Kebakaran. Mereka rela meninggalkan istri dan anaknya berada di pos pemadam kebakaran untuk membantu petugas Damkar. “Padahal petugas Balakar bila sampai terkena musibah tidak mendapatkan apapun, itu sesuai dengan perjanjiannya”, ujar Pardjoko.
Untuk mengantisipasi kebakaran bisa dipadamkan secepat mungkin, Pardjoko mengharapkan setiap kelurahan ada sati kendaraan kontener (Pos tetap) dan satu Karavan yakini pos bergerak. Memang perlu lahan tapi tidak besar cukup 4 x 4 meter. (Johan )