Satlak Prima Menggebrak Tahun 2016: Menggelar Test Atlet Olimpiade
JAKARTA,IJN.CO.ID – Membuka tahun 2016, Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) langsung menggebrak melaksanakan program menuju multi event internasional Olimpiade Rio De Janeiro, Brasil. Gebrakan Satlak Prima dimulai dengan menjalankan tiga test yang dilaksanakan menyebar di tiga kota.
Ketua Satlak Prima, Laksamana TNI (Purn) Achmad Soetjipto menyatakan, tiga test yang dilaksanakan meliputi test medis, psikotes dan fisik laboratorium untuk atlet Olimpiade 2016. Test akan diadakan di Jakarta, Surabaya dan Bandung. Test berlangsung mulai 6 sampai 20 Januari 2016.
Para atlet yang mengikuti test berjumlah 71 orang. Mereka berasal dari cabang olahraga angkat besi (13 orang), bulutangkis (13), panahan (2), atletik (7) dan balap sepeda (1), renang (5), rowing (13), voli pantai (8), taelwondo (4) dan judo (5).
“Tujuan test ini untuk mengidentifikasi kondisi para atlet yang akan dipersiapkan menuju Olimpiade Rio. Dari sini nantinya akan ditentukan penangananan yang dibutuhkan atlet. Kami ingin semuanya terukur sesuai dengan high performance programme,” kata Soetjipto di Kator Satlak Prima, Gedung PP-ITKON, seperti tertuang dalam siaran Pers Minggu ( 3/1).
Disebutkan, tahun 2016 menjadi babak baru Satlak Prima. Program latihan akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing atlet. Dengah program yang fokus pada individu atlet tersebut, performa puncak atlet diharapkan mampu ditingkatkan menjelang tampil pada multi even SEA Games, Asian Games dan Olimpiade.
Mantan KSAL ini mengatakan, program kepelatihan individual itu akan diberlakukan setelah seluruh atlet yang masuk dalam Surat Keputusan (SK) Pelatnas Satlak Prima menjalani tahapan penelusuran (screening) kondisi fisik Januari 2016. Setelah ditentukan atlet akan dimasukkan dalam pengelompokan (cluster) tertentu.
“Perlakuan terhadap atlet yang sudah ditentukan dalam cluster-cluster itu akan berbeda. Perlakuan terhadap Eko Yuli Irawan misalnya akan berbeda dengan perlakuan terhadap atlet lainnya. Ini disesuaikan dengan hasil screening tersebut,” ujarnya.
Proses screening akan sangat berguna untuk menentukan kebutuhan latihan yang juga meliputi kebutuhan gizi dan kesehatan bagi atlet yang akan bertanding Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil. Sedangkan untuk atlet yang diproyeksikan berlaga di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018 akan kembali menjalani tes peningkatan fisik pada bulan Maret.
Pada Olimpiade Rio 2016, ditargetkan ada 33 atlet Indonesia yang bisa berlaga. Saat ini, Indonesia baru memastikan 10 tiket Olimpiade yang terdiri dari 7 tiket angkat besi, 2 tiket panahan, dan 1 tiket atletik.
“Untuk bulu tangkis, proses kualifikasi masih berjalan hingga pertengahan 2016. Bila dilihat dari ranking memang banyak yang sudah lolos. Tapi untuk penentuannya baru dilakukan pada pertengahan tahun depan. Masih banyak pertandingan yang akan dijalani,” ucap Soetjipto.
Tanpa mengecilkan peran cabang olahraga lainnya, harapan untuk merebut kembali tradisisi medali emas di Olimpiade Rio tetap bertumpu pada bulutangkis. Untuk itu Satlak Prima mengharapkan keterbukaan dari Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia dalam melaporkan kondisi para atletnya. Dengan demikian semuanya akn bisa diantisipasi sejak dini.
(*/jef)