Published On: Kam, Feb 4th, 2016

Pernikahan Jin Dan Manusia

Share This
Tags
(foto:Ist)

(foto:Ist)

Jakarta-IJN.CO.ID  Wartawan IJN menemukan cerita yang menarik, Tradisi menikah dengan jin di Gunung Salak. Ternyata di daerah Gunung Salak sering di lakukan ritual perkawinan manusia dengan jin. Perkawinan ini dilakukan oleh orang-orang yang kepepet atau terdesak kebutuhan ekonomi. Namun menurut kabar yang lain, perkawinan manusia dengan jin ini juga kerap dilakukan untuk mendongkrak bisnis atau usaha seseorang agar lebih maju.

Menjelang Maghrib, saya baru tiba di rumah Ustad yang sering mengawinkan manusia dengan jin ini. Jauh dari keramaian dan hingar bingar, rumah ustad itu berada di kaki gunung Salak, Sukabumi.

Meski jauh dari keramaian kota besar, rumah-rumah di kampung ini nampak permanen, tertata rapih dan terkesan megah untuk ukuran orang kampung. Tak hanya itu, hampir di setiap rumah terparkir sebuah mobil dan motor baru yang mensiratkan status sosial penduduk kampung ini. Sesuatu yang tak terbayangkan.

Seorang  Ustad yang tidak mau disebut namanya,yang  saya datangi muncul dari balik ruang keluarga rumahnya. Seperti layaknya orang kampung, ustad  menyambut kedatangan saya dengan hangat. Sejumlah kalimat dan kata-kata sambutan pun keluar dari mulut ustad . Ternyata ustad yang kerap mengawinkan manusia dengan jin ini masih cukup muda, usianya diperkirakan belum genap 40 tahun. Meski begitu dari gaya bicara dan auranya nampak jelas bahwa ustad muda ini memiliki ilmu kedigjayaan yang cukup.

Setelah cukup basa-basi, saya langsung mengutarakan maksud kedatangan kali ini. Nampak ustad  seperti berpikir sejenak, entah apa yang ada di kepalanya. Namun sesaat kemudian dia pun berkometnar. “Saya memang sering mengawinkan orang dengan Jin Islam, tapi saya tidak sependapat jika ini dikatakan musyrik. Perkawinan ini hanya sebatas usaha manusia untuk memperbaiki kehidupannya,” tutur ustad.

Untuk melihat lebih jelas ritual perkawinan manusia dengan Jin ini, ustad  mengajak saya ke lokasi dimana dia sering melakukan ritual. Kebetulan malam itu ada 3 orang yang minta dikawinkan dengan jin. Ternyata untuk menuju lokasi tempat perkawinan manusia dengan jin ini cukup jauh, sekitar 2 atau 3 kilometer di belakang rumah ustad . Melintasi perkampungan menuju sebuah lembah di perbatasan kampung dengan hutan gunung Salak, tibalah kami pada sebuah rumah di pinggir kali.  Jelas sekali aura rumah dengan 8 ruang besar ini penuh dengan kekuatan gaib yang menyelimutinya. Tanda-tanda kekuatan gaib dan aura mistik itu dapat dirasa dan dilihat dengan kasat mata, kekuatan gaib dan aura mistik yang nampak jelas ini terjadi akibat seringnya proses ritual perkawinan dengan jin di rumah ini. “Di rumah inilah prosesi ritual itu dilakukan. Kami akan memanggil jin dari manapun untuk dikawinkan disini,” aku(ustad)  pada saya.

Sambil berkeliling di dalam rumah dan sekitar halaman, ustad  menjelaskan syarat dan proses ritual perkawinan dengan jin. Dalam rumah itu ada 8 orang yang malam ini akan dikawinkan dengan Jin. Menurut ustad , umumnya orang menikah dengan jin karena terjepit masalah ekonomi. Ada yang terbelit utang, perusahaannya bangkrut dan ada pula yang ingin perusahaannya lebih maju.

Jin yang dinikahinya itu akan menjadi istri atau suami di alam gaib. Sebagai istri atau suami, jin itu juga punya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Maka jin itu pun diminta untuk bisa menghasilkan uang bagi orang yang menikahinya. “Jadi jin itu akan membantu kita menghasilkan uang,” tutur ustad.

Lebih jauh dijelaskan ustad , hanya orang Muslim saja yang bisa menikah dengan jin. Karena menurutnya jin yang dipanggilnya adalah dari golongan muslim yang tinggal diberbagai penjuru dunia. Misalnya jin dari Baghdad, Turki, Mesir, Kuwait, Mekkah, Banten, Demak dan sebagainya. Selain itu, orang yang bisa dikawinkan dengan jin juga harus mempunyai pekerjaan atau kegiatan bisnis. Karena jin itu tidak mendatangkan uang dalam bentuk cash. “Jin itu akan membantu kita mencari uang dari jerih payah kita sendiri,” jelas ustad.

Usai menjelaskan panjang lebar soal prosesi perkawinan dengan jin, ustad  langsung mengajak saya ke satu kamar tempat dia melakukan ijab kabul. Di kamar gelap berukuran 5 kali 5 meter itu sudah ada 3 orang menunggu ustad . Mereka adalah seorang saksi nikah, medium dan orang yang akan dinikahkan dengan jin. Udara pengab dengan aroma kemenyan dan bunga setaman menyengat hidung. Jelas sekali lelaki yang akan dinikahkan dengan jin itu terlihat gugup. Sesekali dia menyeka wajahnya dengan sapu tangan. Namun sesaat kemudian dia menoleh ke kiri, kadang ke kanan dan ke belakang, seperti ada yang dilihatnya.

 ustad  mulai membacakan doa-doa khusus, tawasul dan mengirim doa. dia mengirim doa untuk para nabi, leluhur dan para penghuni gaib yang menguasai bumi ini. Terakhir ustad kemudian mengirim doa khusus untuk leluhur Tanah Banten dan penghuni gaib Masjid Agung Banten. Ternyata malam itu ustad  akan menikahkan seorang tamunya dengan jin wanita dari Masjid Agung Banten yang bernama Fatima Binti Syech Ahmad Husein

Setelah sepuluh menit ustad  membacakan doa-doa suasana kemudian hening. Hanya sesekali ustad  terdengar mengucap nama fatima. Nampak mata ustad muda ini terpejam, tapi mulutnya tetap komat-kamit. Sesaat kemudian dia kembali membuka matanya sambil mengangkat kedua belah tangannya ke atas. Tiba-tiba angin terasa berhembus entah dari mana datangnya. Tak seorang pun diantara kami yang berani berkata-kata. Namun ketegangan nampak jelas dari raut wajah semua orang yang mengikuti prosesi ritual ini.

Dalam ketegangan itu, tiba-tiba seorang perempuan yang duduk persis di samping orang yang akan dinikahkan dengan jin menjerit melengking. Tentu saja jeritan perempuan itu membuat seisi kamar kaget bukan kepalang . Tak cukup disitu saja, perempuan paruh baya itu seperti orang kesurupan. Suranya yang tadi tenang kini berubah tak karuan. “Jin Fatima itu sekarang sudah merasuki tubuh wanita itu. Berarti kita sudah siap melakukan prosesi ijab kabul pernikahan,” tutur ustad.

Seperti layaknya pernikahan manusia dengan manusia, ustad  kemudian membacakan sighot taqliq. Kedua pengantin, saksi dan wali nikah bersiap untuk ijab kabul. Doa-doa nikah dan Kalimat Syahadat pun dibacakan sebagai pertanda bahwa yang dinikahkan itu adalah Jin Muslim. Pengantin pria yang dinikahkan dengan Jin fatima ini masih nampak gugup dan takut. Berkali-kali dia salah mengucapkan nama Jin fatima . Berkali-kali pula dia mengusap wajah dan merubah posisi duduknya.

“Fatima binti Syech Ahmad Husein, apakah kamu bersedia dinikahkan dengan….?” Tanya ustad  dengan suara berat bergetar.

“Saya bersedia,” tutur Jin fatima dengan suaranya yang melengking nyaring.

“Jin Fatima binti Syech Ahmad Husein, apakah kamu bersedia membantu masalah ekonomi suamimu?” tanya ustad  kemudian.

“Saya bersedia, tapi suamiku juga harus memenuhi semua syaratku,” jawab Jin Fatima lagi.

Usai itu, Jin Fatima ini kemudian menerangkan semua persyaratan yang harus dipenuhi oleh suaminya dari bangsa manusia. Kurang lebih sepuluh menit berlangsung, prosesi itu pun selesai dan berjalan sesuai aturan. Kini pengantin pria itu berhak atas Jin fatima dan boleh memperlakukannya sebagai istri.

Meski hampir sama dengan proses pernikahan manusia dengan manusia, proses pernikahan dengan jin ini tentu saja ada bedanya. Sebab tujuan utama manusia menikah dengan jin ini tentu saja bukan dilatarbelakangi oleh syahwat. Tapi lebih dikarenakan permintaan manusia agar sang mempelai jin bisa membantu menyelesaikan masalah ekonomi pengantin manusia. Saat proses ritual terjadi, pengantin manusia ditanya mengapa dia mau menikah dengan jin Fatima. “Saya terbelit utang ke bank, saya ingin membayar hutang itu dan mempunyai harta yang cukup,” tutur pengantin manusia.

Usai prosesi ritual itu ustad  menjelaskan, tidak semua proses ritual ini berjalan mulus karena ada kalanya pengantin jin menolak dinikahkan. Misalnya karena jin itu tidak suka dengan penampilan manusia yang tidak sesuai. Atau ada kalanya jin itu menolak karena minta mas kawin yang tak sanggup dipenuhi manusia. “Tapi pada umumnya semua jin yang saya panggil mau dinikahkan dengan siapa saja,” jelas ustad mengakhiri perbincangan.(solihin)