Published On: Rab, Jul 8th, 2015

Perlu ‘Orang Kuat’ Pimpin Badan Usaha Keolahragaan Nasional

Share This
Tags
Ketua Harian SIWO Pusat Gungde Ariewangsa dan Pengamat Tenis Ferry Raturandang sebagai narasumber (foto:IJN)

Ketua Harian SIWO Pusat Gungde Ariewangsa dan Pengamat Tenis Ferry Raturandang sebagai narasumber (foto:IJN)

Jakarta,IJN.CO.ID – Masalah klasik yang masih menghimpit dunia olahraga Indonesia,yakni pendanaan yang masih minim. Untuk merealisasikan hal tersebut olahraga di Indonesia diperlukan ‘Orang Kuat’ sehingga tidak terjadi lagi masalah tersebut.
Hal itu mengemuka dalam Workshop Perumusan Kebijakan Olahraga Nasional yang mengambil thema ‘Konsep Pembentukan Badan Usaha Keolahragaan Nasiona l’ yang diselenggarakan Staff Khusus Bidang Olahraga Kemenpora di Hotel Puri Denpasar Kuningan (6/7/2015), Jakarta.
“Sama juga bohong kalau Badan Usaha Keolahragaan Nasional (BUKN) ini tidak dipimpin oleh ‘Orang Kuat’. Percuma kita diskusi atau menyelenggarakan seminar-seminar, kalau olahraga di Indonesia tidak dipimpin oleh ‘Orang Kuat’,” tegas Richard Achmad Supriyanto salah satu narasumber dalam workshop tersebut.
Ketika disinggung siapa ‘Orang Kuat’ yang dimaksud, Richard secara implisit mengatakan bahwa BUKN sewujudnya harus selevel Lembaga Negara. Itu artinya dibawah tanggungjawab Presiden RI langsung. “Untuk itu dibutuhkan revisi UU Keolahragaan Nasional, sehingga hal itu dapat terwujud,” paparnya.
Sementara Ketua Harian Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Pusat, Gungde Ariwangsa mengkritisi BUMN yang selama menjadi ‘Bapak Angkat’ beberapa cabang olahraga di Indonesia. “Kegiatan ‘Bapak Angkat’ cabang olahraga prioritas, sayangnya tidak melibatkan insan pers. Padahal itu penting sekali untuk diketahui masyarakat. Sekarang ini yang terjadi hanya Konprensi Pers pemberian dana dari ‘Bapak Angkat’ hanya itu saja data yang diterima,” jelas Arie.
Selain itu, lanjut Arie, peran BUMN tidak efektif karena yang penting asal ada program saja. Kemenpora sekarang sebaiknya mengintensifkan kembali peran BUMN, karena sudah ada MoU-nya. Selain itu juga Pemerintah belum memberikan ‘penghargaan’ bagi para sponsor yang telah banyak membantu pembinaan olahraga di Indonesia.

“Seperti contohnya pemerintah hatus memberikan keringanan pajak bagi para sponsor yang mendukung pembinaan olahraga. Ini agar mereka bersemangat lagi dalam mengucurkan dana dan mereka merasa dihargai,” paparnya.
Narasumber lain, pengamat tenis Ferry Raturandang menilai kondisi olahraga di Indonesia sekarang dapat dari ganti ketua ganti kebijakan. Ini juga menghambat kemajuan.
“Konsep badan usaha ini, menurut saya sangat bagus. Terutama bagi cabang olahraga yang bukan primadona. Dari segi pendanaan mereka tak perlua kuatir karena disuplai oleh badan usaha yang mencarikan bapak angkat dari BUMN maupun pihak swasta,” ungkapnya lagi.(jef)