Published On: Kam, Jan 28th, 2016

Perjalanan Astral Ke Kraton Ibu Ratu

Share This
Tags
(foto:Ist)

(foto:Ist)

Jakarta IJN.CO.ID -Mengimani atau percaya kepada yang gaib, wajib hukumnya bagi umat Islam. Allah SWT Tuhan Kita Maha Gaib sebelum menciptakan makhluk bernama manusia terlebih dahulu menciptakan makhluk gaib bernama malaikat dan jin. Golongan jin ada yang baik dan ada yang ingkar, jin yang ingkar disebut setan sedangkan nenek moyangnya disebut iblis. Jin yang jahat adalah pengikut iblis yang bertugas menyesatkan manusia, sedangkan jin yang baik disebut jin putih atau khodam.
Jin dalam bahasa Arab artinya tersembunyi. Jadi alam jin adalah alam yang tidak tampak atau kasat mata. Di dunia lain ada kehidupan, negara dan struktur pemerintahan bahkan lebih canggih dari teknologi bangsa manusia. Komunitas jin ada yang hidup di bawah bumi, di atas air, di pegunungan dan di udara. Masyarakat Jawa ahli Kejawen mengelompokkan golongan jin untuk yang tinggal di dalam bumi disebut danyang atau siluman. Untuk di atas bumi disebut demit atau hantu dan yang tinggal di hutan disebut peri dan golongan genderuwo.
Surya salah seorang penggemar misteri, tergerak hati untuk mempersembahkan perjalanan astral-nya memasuki tirai gaib Keraton Kanjeng Ratu Kidul. Ilmu hikmah kebatinannya dia dapat dari guru spiritualnya, yaitu seorang kiayi dari Cirebon.
Pengalaman supranatural ini terjadi di penghujung tahun 2015 lalu,pada suatu malam sukmaku terbang melayang seperti ada yang membawa cepat bagai kilat menembus lorong, waktu menyelam dasar laut
Tetapi ada keanehan aku dapat bernapas di dalam air bagai di darat dan pakaianku tidak basah kuyup. Perjalananku tiba di suatu tempat dunia lain yang asing, terhampar lapangan luas bagai tak terbatas. Di sini tidak ada matahari. Suasananya sunyi senyap namun tenang dan damai. Cahaya yang menerangi seluruh ruangan bagai cahaya rembulan.
Saat diriku diliputi keheranan, keajaiban kembali mengejutkanku karena dalam sekejap aku sudah berada di dalam keraton yang sangat indah berpilar emas. Tampak dayang-dayang yang berparas cantik berbusana adat Jawa mengelilingiku seperti memberi penghormatan.
Tiba-tiba di depanku muncul singgasana emas bercahaya yang diduduki seorang ratu berparas ayu dan anggun bagai bidadari dari kayangan, berkharisma dan sempurna. Sang ratu berbusana adat Keraton Jawa. Mataku terpana terpesona melihat keindahan dan kecantik molekan sang ratu yang belum pernah melihat tandingan setara dengan kecantikan wanita biasa yang pernah aku jumpai.
“Wilujeng sumping, Angger. Monggoh lenggah sejajar karo kulo (Selamat datang, anakku. Silahkan duduk setata dengan saya),” ujar Sang Ratu.
Suara yang halus bagai sembilu dengan bahasa Jawi Kromo menyadarkanku jika saat ini aku sedang berhadapan dengan sosok tokoh gaib yang dikultuskan dan dicarinya yang terpatri dalam angan tertoreh dalam karya seninya selama ini Kanjeng Ratu Kidul, dewi yang bersifat welas asih.
Aku meras tersanjung sebagai tamu kehormatan di Keraton gaib, segera mengaturkan sembah bakti pada sang Ratu dengan tertunduk ole pamor kewibawaan Ratu Pantai Selatan. “Duh Sri Ratu Bunga Setaman kekasih Hyang Agung, mohon maaf hamba jika kurang santun, hatur semba bakti hamba Kanjeng Ratu, hamba datang ke sini terbawa angin,” ujarku.
Sang Ratu Kidul yang waskita tersenyum manis mendekatiku dan menggandeng lenganku, kendaraan angin.
Sang Ratu cantk nan ayu menggiring aku memegang tanganku bagai seorang kekasih atau istri yang melepas rindu karena lama tak berjumpa. Tiba-tiba semua dayang lenyep dalam sekejap saya bersama sang Ratu sudah berada di sebuah taman bunga dengan aneka macam bunga yang harum semerbak wangi, di sekeliling dianungi cahaya pelangi. Aku bercengkrama memadu kasih dengan Kanjeng Ratu Kidul masih dalam batas norma namun firasatku terbagi dua ratu cantik yang menemaniku ini Kanjeng Ratu Kidul atau putrinya yang disebut Nyi Roro Kidul.
Dari siloka undang (undangan yang mengandung makna isi) kembali. Waktu perpisahanku dengan Ratu Keraton segera tiba. Sangg ratu memelukku manja dan mesra menatap dengan tatapan mata yang sayu.
“Kembali ke alam keramaian, Angger! Engkau tetap berada di duniamu beserta keluargamu, sementara aku akan turut mengawasimu dan menjagamu di alamku. Badan kita jauh tapi hati kita manunggal tidak berjarak, takdir yang mempertemukan kita Takdir Illahi juga yang akan memisahkan, namun kenangan kan tetap abadi jadi prasasti di hati. Selamat jalan kumbangu,” ujar Ratu Kidul ketika melepasku menembus dimensi lorong waktu dua dunia. Sukmaku kembali ke ragaku hingga saat fajar menyingsing aku terjaga dari mimpi yang luar biasa.inilah pengalaman perjalanan astral (*) (solihin)