Ket foto ; Memukul gendang pembukaan. Dari kiri ke kanan : Bapak dirjen aptika kemkominfo Semmy A. Pangarepan, ibu Diena Haryana (ID-COP) pendiri yayasan Sejiwa, ibu Susiana Afandi Komisioner KPAI, Ryan Rahardjo google Indonesia, Dr. Sugianto Kemdikbud, Kompol Makung Ismoyo Jati, SIK, MIK-Humas Mabes Polri, Dedy Permadi- Siberkreasi, Andy Ardian ECPAT Indonesia (fie).
JAKARTA, IJN.CO.ID – Dunia telah berubah, dimana dunia digital telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, baik secara ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Anak anak kita kenal sebagai “digital-native”, dimana sejak kelahiran, mereka telah terpapar oleh gencarnya perkembangan dunia digital ini, sehingga mereka sangat fasih belajar tentang perkembangan internet, animasi, komputer, dan segala yang terkait teknologi. Dunia digital telah memberi begitu banyak manfaat serta kemudahan-kemudahan dalam kehidupan kita. Pengguna internet di Indonesia saat ini berjumlah 132,7 juta (Data: APJII, 2016), dimana 80% pengguna adalah anak anak muda dari kategori 10 hingga 29 tahun. Di tahun 2014, penelitian UNICEF melaporkan bahwa terdapat 30 juta anak anak Indonesia sebagai pengguna internet, dimana saat ini kemungkinan angka tersebut telah meningkat.
Walau masih ada kesenjangan digital antara anak/remaja di kota dengan mereka di pedesaan, kita perlu melakukan usaha keras untuk perlindungan anak di dunia internet, mengingat banyaknya konten negatif yang ada disana, yang memungkinkan anak anak kita terpapar isu-isu anak/remaja, seperti Cyberbullying, Adiksi Pornografi, Adiksi Online Games, Cybercrime, serta isu-isu lain yang terus menerus berkembang sebagai dampak dari berkembangnya dunia digital ini. Peristiwa beberapa saat yang lalu dimana kita dikejutkan dengan ditemukannya “Lolly Candy Group” di Facebook, yang merupakan kumpulan orang orang yang memanfaatkan foto-foto dan video-video anak untuk kepentingan yang negatif, dengan jumlah sekitar 7000 anggota, telah menjadikan anak sebagai objek eksploitasi mereka.
Menyadari kondisi anak yang rentan terhadap isu-isu online, maka SEJIWA, ICT Watch dan Ecpat Indonesia, sebagai anggota dari ID-COP (Indonesia Child Online Protection), melakukan kolaborasi untuk hadir di sekolah-sekolah di beberapa kota, untuk mengadakan program pengembangan kapasitas literasi digital “Smart Schools Online” bagi para guru/orangtua serta siswa didik, agar mereka mampu mendampingi dan melindungi anak anak di era digital. Program ini merupakan “Pilot Project” yang akan dimulai di awal tahun 2018, dimana Google telah turut memberikan kontribusinya dalam mendukung pelaksanaan program ini. Slogan dari program SSO ini adalah “Aku Netizen Unggul”, dimana anak anak yang menjadi target utama kami diharapkan menjadi pengguna internet yang mampu menggunakannya untuk hal-hal yang positif. Kegiatan ini sekaligus menjadi salah satu program dari “Siberkreasi”, yaitu gerakan nasional literasi digital, yang merupakan program multi-stakeholders untuk mempromosikan kondisi ideal masyarakat digital Indonesia dalam penggunaan internet dengan bijak
(foto:fei/IJN)
Menyambut inisiatif SSO ini ke sekolah-sekolah, Direktur Bindikel (Pembinaan Pendidikan Keluarga), Kemdikbud, Dr Sukiman, MPd, menyampaikan Literasi Digital sangat mendesak dilakukan di sekolah-sekolah. Sukiman menyambut baik SSO untuk menguatkan Literasi Digital di sekolah-sekolah. Usaha untuk melibatkan anak-anak dalam mengisi dunia maya dengan konten-konten positif, contohnya dengan mendorong anak mengkampanyekan isu-isu yang mereka alami atau amati lewat internet, bisa menjadi salah satu bahasan yang layak disampaikan kepada anak-anak. Rekomendasi anak juga layak kita dengar karena mereka ini lahir di era digital dan punya banyak ide bagaimana pemerintah dan para pendidik bisa lebih melindungi mereka dari dampak negatif di internet.
Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kemkominfo dalam sambutannya menyampaikan “Internet baru bisa bermanfaat jika kita semua sebagai penggunanya dapat turut berpartisipasi dalam menjaga internet agar tetap positif. Untuk itulah kita bersama membentuk “Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi” agar dapat mendorong seluruh warganet berkreasi untuk menciptakan konten-konten positif di internet, sehingga bersama dapat meminimalisir dampak negatif di internet. Program Smart Schools Online ini menjadi salah satu bentuk inisiasi yang tepat dalam jejaring Siberkreasi, karena akan mendorong salah satu elemen penting di masyarakat, yaitu sekolah, untuk pemanfaatan internet yang lebih baik”. Bapak Jasa Putra, Komisioner KPAI bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak yang sempat menghadiri acara “Mendengar Suara Anak” (23/9 di kemkominfo) mengapresiasi Smart Schools Online “Sebagai upaya menghadirkan Perlindungan Anak di dunia maya, sehingga partisipasi, kreatifitas dan tempat curhat anak dalam menemukan jati dirinya bisa berlangsung aman dari predator anak”.
Di temui di tempat terpisah Ibu Valentina Ginting, Asdep Perlindungan Anak dalam Situasi darurat dan Pornografi-KPPPA, menyampaikan bahwa: “Era digital tidak dapat dihindari, saat ini KPPPA mencoba untuk mempersiapkan lingkungan terdekat anak melalui program parenting di era digital dalam menyiapkan “digital natives” agar lebih cerdas dalam menggunakan internet”, untuk itu KPPPA melalui “BERLIAN” (Bersama Lindungi Anak) mengharapkan seluruh elemen dan kementerian/lembaga untuk dapat bersinergi. Aku anak Indonesia, Aku Cerdas Berinternet dapat menjadi dambaan wujud anak-anak kita ujarnya.
Acara “Smart Schools Online Kick Off” ini dilaksanakan dalam 2 kegiatan beruntun yakni “Mendengar Suara Anak” sebagai upaya anak-anak memberikan rekomendasi kepada pemangku kebijakan tetang dunia internet di mata anak tanggal 23 september 2017 di aula Kemkominfo, dan diacara puncak yakni Kampanye “Aku netizen Unggul” tanggal 24 September di area car free day FX sudirman, Jakarta.
“Smart School Online Kick Off” ini mengawali rentetan kegiatan “Smart Schools Online” di sekolah-sekolah, juga sebagai bagian dari “Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet”, yang disusun oleh Kemenkominfo setelah melalui konsultasi dengan berbagai pihak, termasuk anak anak. Selain itu, dalam event di tanggal 23 September, anak anak mendapat kesempatan berbicara di hadapan publik untuk menyampaikan pendapat serta rekomendasi mereka kepada para pemangku kebijakan, tentang perlindungan anak di dunia internet. Dan akhirnya, awalan SSO ini diharapkan membangkitkan antusiasme para pelajar dan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam gerakan literasi digital, menjadikan mereka sebagai “Netizen Unggul”.(fidel)