Published On: Jum, Okt 2nd, 2015

Modernisasi dan Krisis Regenerasi Petani di Pedesaan “Srono Urip”

Share This
Tags
Herry Yoga Suara dari Korsub Penelitian Unggulan Ketahanan Sosial , YB Widodo, Vanda Ningrum (foto:diana)

Herry Yoga Suara dari Korsub Penelitian Unggulan Ketahanan Sosial , YB Widodo, Vanda Ningrum (foto:diana)

Jakarta, IJN.CO.ID – Digambarkan dalam film dokumenter berjudul Srono Urip, para pemuda desa mengalami modernisasi dan berbondong-bondong pindah ke kota dan hasilnya krisis penggarap pertanian didesa. Urbanisasi pemuda desa ini pun menciptakan krisis regenerasi petani. Sekilas penggambaran dalam film dokumenter tersebut tentu saja pas dengan kondisi pertanian Indonesia saat ini. Pertanian skala kecil yang selama ini menghasilkan kebutuhan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia mengalami situasi kritis karena produktivitas pertanian selalu ditopang oleh tenaga kerja usia tua yang semakin kurang produktif. Melihat fenomenatersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Kependudukan tergerak untuk melakukan penelitian terkait krisis regenerasi petani dan hasilnya akan dipaparkan dalam diskusi publik dengan tema  “Srono Urip : Modernisasi dan Krisis Regenerasi Petani di Pedesaan”.Acara diselenggarakan di ruang media center  LIPI Widya Sarwono,lt 1 Jakarta Selatan, Jumat (2/10).

YB Widodo memberikan sambutan (foto:diana)

YB Widodo memberikan sambutan (foto:diana)

Herry Yoga Suara selaku tim peneliti Program Unggulan sub program Ketahanan Sosial, Ekonomi dan Budaya menerangkan bahwa “Penelitian tentang regenerasi petani di Indonesia yang telah dilakukan dari tahun 2015 hingga 2019 mendatang. Pada  tahun pertama penelitian atau tahun ini, tim melakukan penelitian di tiga desa di wilayah eks Keresidenan Surakarta yakni Sregen, Klaten dan Sukoharjo. Tim peneliti pada penelitian itu memfokuskan pada masalah regenerasi petani dalam hubungan antara modernisasi dengan konstruksi pemuda di pedesaan  melalui empat hal yaitu keluarga, sekolah, sawah dan aktivitas non pertanian.” ujarnya.
“Bila hal ini berjalan dengan baik, maka krisis regenerasi petani di Indonesia bisa ditanggulangi,” ujar Herry menyingkapi sikap yang ada  dikalangan pemuda pedesaan.
YB Widodo,  selaku peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI.Berdasarkan hasil pengamatan atau penelitian sementara, modernisasi yang  dijalankan melaui keluarga, sekolah, sawah dan aktivitas non pertanian telah membentuk pemuda pedesaan sebagai sumber daya manusia yang bersifat modern. Pemuda pedesaan yang modern ini berpengaruh terhadap perilaku mobilitas penduduk usia muda di pedesaan melalui fenomena imigrasi dari desa ke kota yang pada akhirnya berdampak ditinggalkannya pertanian skala kecil pedesaan ,” ulas YB Widodo.
Dikatakannya, tim peneliti LIPI, juga melihat modernisasi di pedesaan menjadi pendorong perubahan sosiàl terutama perubahan pandangan terhadap “aset” sosial, ekonomi dan budaya menjadi “modal” sosial, ekonomi dan budaya, Contoh sederhananya adalah pemuda sebagai generasi penerus tidak serta merta mewarisi ketrampilan pertanian dari orang tua atau komunitas masyarakatnya karena modernisasi di bidang keluargam sekolah, sawah dan aktivitas non pertanian justru mengasingkan mereka dari lingkungan tempat hidupnya.
Gutomo Bayu Aji, peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI lainnya menjelaskan, agar regenerasi petani berjalan dengan baik, hasil peneliti LIPI menunjukkan bahwa pemerintah bersama-sama dengan sektor swasta  dan  masyarakat sipil perlu menciptakan variasi lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan pemuda dipedesaan. “Selain itu , perlu dilakukan peninjauan kurikulum pendidikan sekolah di tingkat dasar agar  tidak mengasingkan anak-anak, remaja dan pemuda desa dari lingkungan tempat hidupnya dan agar mereka menjadi kreatif,” Pungkasnya.
Diana