Menguak Romantisme Sejarah Kota Depok
IJN.CO.ID, Jakarta- Hari Rabu (12/08/2015) bertempat di Fakultas Pengetahuan Ilmu Bahasa Universitas Indonesia dilaksanakan diskusi pembahasan Sejarah mengenai Kota Depok. Adapun buku yang dibahas adalah Buku yang berjudul “Jejak-jejak masa lalu Depok warisan Cornelis Chastelein (1657-1714) kepada para budaknya yang dibebaskan” dimana buku tersebut merupakan terjemahan dari buku Sporen van het verleden Depok – een nala tenschap van Cornelis Chastelein (1657-1714) aan zijn vrijgemaakte christenslaven karangan Sarjana Hukum lulusan Leiden University Jan-Karel Kwisthout.
Dalam diskusi tersebut diulas tentang kiprah dari seorang tuan tanah VOC yang bernama Cornelis Chastelein dimana dirinya saat itu membangun sebuah koloni baru di pinggiran kota Batavia yang sekarang dikenal sebagai Kota Depok. Dalam buku tersebut juga diulas mengenai pemikiran Cornelis Chastelein dalam catatan hariannya (Invallende gedagten) tentang bagaimana visi dan misi menciptakan daerah koloni para budaknya yang dibeli dari berbagai kerajaan di Nusantara serta visi misinya terhadap masyarakat sekitar.
Pembahasan dilakukan oleh penulis buku Jan-Karel Kwisthout bersama narasumber sejarawan dari Universitas Indonesia yang diwakili oleh Kepala Program Studi Belanda FIB UI, R. Achmad Sunjayadi,SS, M.Hum serta dosen UI Tri Wahyuning M. Irsyam, M.Si dan Dr. Lilie Suratminto,MA. Acara yang berlangsung selama 2 jam tersebut dihadiri oleh para mahasiswa serta masyarakat Kota Depok.
Diskusi tersebut sebenarnya mendapat tentangan dari masyarakat asli Depok keturunan para budak atau lebih dikenal sebagai “Kaoem Depok” melalui organisasi perkumpulan kesebelas marga asli Depok yaitu Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). Dalam surat yang ditanda tangani oleh Ketua YLCC (Eduard G. Jonathans) ditujukan kepada Dekan Fakultas Pengetahuan Ilmu Budaya Universitas Indonesia dengan tembusan kepada Kapolres Depok dan Kejaksaan Negeri Depok ditengarai buku tersebut memuat unsur SARA.
Sosok Cornelis Chastelein dalam buku karangan Jan-Karel tidak menyukai etnis Jawa, China dan orang Islam.
“Semua akan diulas secara akademik. Tidak ada didalam buku itu mengandung SARA” kata Lilie Suratminto, Ketua Panitia Diskusi ketika dimintai pendapatnya tentang surat penolakan dari YLCC.
Sejarawan UI Lilie Suratminto mengatakan bahwa diskusi ini sangat baik untuk sejarawan muda agar mereka bisa mengetahui tentang bagaimana kontak budaya dan pandangan orang-orang asing yang sedang mengekploitasi Indonesia terutama pandangan Cornelis Chastelein. “Dia sangat membenci orang Jawa, misalnya Orang Jawa dikatakan sangat malas dan orang Islam tidak baik.
Tapi itu kan pandangan saat itu.”tambah Lilie
Dalam kesempatan lain ketika dimintai komentarnya Valentino Jonathans sebagai salah seorang tokoh Kaoem Depok mengenai Surat Penolakan dari YLCC mengatakan “Saya tidak pernah mendapat laporan, Saya setuju saja dan buku ini kan sudah beredar.”
“Kalau buku ini ada yang tidak setuju yah dibikin buku lagi” tambahnya. Nampaknya polemik mengenai keberadaan Sejarah Kota Depok akan selalu menuai kontroversi. (MAS)