Mary Jane Menunggu Mujizat Kedua
IJN.CO.ID-Jakarta-Mary Jane dijadwalkan akan dieksekusi mati oleh pemerintah Indonesia pada 29 April 2015 lalu, namun Presiden Joko “Jokowi” Widodo menginstruksikan Jaksa Agung HM Prasetyo untuk menundanya karena Sergio telah menyerahkan diri kepada pihak kepolisian Filipina beberapa jam sebelumnya.
Pada 27 April 2010, Sergio kembali ke Talavera, sebuah kota kecil di Nueva Ecija, tapi tanpa teman seperjalanan sekaligus tetangganya, Mary Jane, seorang ibu dua anak.
Dia memberitahu orang tua Mary Jane yang tinggal di desa lain, bahwa Mary Jane menemukan pekerjaan di Malaysia sebagai asisten rumah tangga dan majikan Mary Jane “sangat baik”.
Sergio juga mengatakan bahwa Mary Jane meninggalkan pakaian dan sekotak susu untuk anak bungsunya, Mark Darren.
Keluarga Mary Jane berterimakasih kepada Sergio. Saat itu, mereka sama sekali tidak memiliki alasan untuk meragukan cerita Sergio. Lagi pula, Sergio tinggal berdekatan dengan orang tua kekasihnya, keluarga Lacanilao, yang dikenal dekat dengan mertua Mary Jane.
Keluarga Mary Jane sama sekali tidak menyadari bahwa keberuntungan yang didapat Mary Jane adalah bagian dari sebuah rencana yang telah disiapkan oleh Sergio sejak lama.
Sang pendatang
Sebagai seorang penduduk asli Nabua, provinsi Camarine Sur, Sergio pernah menikah dan merupakan ibu enam anak, beberapa kali bertemu kekasihnya Julius Lacanilao di Manila pada 2007. Lacanilao ketika itu bekerja di sebuah toko yang menyediakan jasa reparasi ponsel di pusat perbelanjaan Greenhills, tempat di mana Sergio bekerja sebagai agen properti.
Sekitar tahun 2008, Julius memutuskan untuk kembali ke Talavera. Dia membawa Sergio bersamanya untuk tinggal bersama orangtuanya, Ramon dan Sisa Lacanilao, di Barangay Esguerra.
Pada awalnya orangtua Lacanilao tidak menyetujui hubungannya dengan Sergio. Julius saat itu baru berusia akhir 20-an sedangkan Sergio sudah hampir 40 tahun dan memang mudah menarik perhatian pria. Namun, rasa sayang Ramon dan Sisa pada anaknya membuat mereka pada akhirnya setuju.
Ramon dan Sisa Lacanilao memiliki tiga orang anak tapi kehilangan sang sulung dalam sebuah kecelakaan. Yang termuda telah bekerja di luar negeri dan telah berkeluarga. Hanya Julius yang masih tinggal bersama mereka. Kini di masa senjanya, mereka ingin agar Julius tetap bersama mereka. Apapun yang diinginkan Julius, akan mereka kabulkan.
RAMON LACANILAO. Ayah kekasih Maria Cristina Sergio, Julius Lacanilao, mengatakan kesalahan anaknya hanya mencintai Maria terlalu dalam. Foto oleh Jansen Romero/Rappler
Melihat gelagat orang tua Julius, Sergio mencoba untuk mendapatkan hati orang tuanya. Dia membantu mereka melakukan pekerjaan rumah tangga, mulai dari membersihkan rumah hingga memasak dan mencuci.
“Sergio tidak sombong, pandai menempatkan diri. Dia juga sangat sederhana dan tidak banyak mengeluh, kata pasangan Lacanilao. Akhirnya Ramon dan Sisa lambat laun menganggap Sergio sebagai anak mereka sendiri.
Dan tidak hanya hati orang tua Julius yang diraih, namun juga hati para tetangga dengan senyum ramah yang selalu ia berikan kepada setiap orang.
“Dia sangat bersahabat dan sederhana. Hampir tidak pernah menggunakan tata rias wajah. Dia akan selalu menyapa terlebih dulu untuk mendapatkan perhatianmu. Dia akan menyapa kita dengan ramah, berbincang dan selalu memiliki hal-hal positif untuk dibicarakan,” demikian cerita sejumlah tetangga Sergio dalam bahasa Tagalog. “Dia mungkin bukan penduduk asli, tapi kami tidak membedakannya.”
Dikenal dengan nama panggilan “Tintin” di lingkungan tempat tinggalnya, para tetangga melihat Sergio dan Julius menjalani hidup yang normal sebagai pasangan suami dan istri. Sergio akan selalu bertindak sebagai tuan rumah yang baik setiap kali keluarga Lacanilao memiliki hajatan. “Dia akan mengundang kami dan membuat kami merasa seperti sedang berada di rumah sendiri,” kata seorang tetangganya.
Inilah peran yang dimainkan Sergio dengan sempurna selama bertahun-tahun.
Sebuah misteri
Tapi di sebuah desa di mana semua orang saling mengenal dan gosip merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, seseorang harus pintar-pintar merahasiakan misterinya sendiri. Sergio mungkin bersahabat dan mudah bergaul, tapi dia hanya membagikan sebagian kecil detil kehidupannya.
Bahkan keluarga Lacanilao tidak mengetahui tanggal ulang tahunnya. Ketika Rappler bertanya apakah Sergio pernah merayakan ulang tahun bersama mereka, Ramon dan Sisa kebingungan menjawab.
Namun meskipun di satu sisi penuh rahasia, Sergio sangat terbuka tentang hal-hal yang ia ingin orang lain untuk mengetahuinya. Sergio misalnya bercerita tentang bagaimana ia memperoleh penghargaan saat lulus kuliah dan bahwa itulah mengapa ia bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik.
Dia juga bercerita tentang pekerjaannya di bidang properti sebagai alasan mengapa ia sering bepergian ke Manila. Sergio juga bercerita bahwa ia memiliki jejaring yang ia bangun dari pekerjaannya dan bahwa ia bisa memanfaatkannya untuk membantu jika ada orang yang membutuhkan pekerjaan.
Sergio berulang kali bertanya kepada para penduduk desa wanita apakah mereka tertarik untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga dan bahwa ia bisa membantu jika mereka tertarik. “Dia bisa membantu mendapatkan pekerjaan di mana pun dan kita bisa memilih di mana kita ingin bekerja,” Kata Morena Candelaria, saudara ipar Mary Jane.
Cerita Morena didukung oleh keterangan sejumlah penduduk Talavera yang mengatakan bahwa Sergio juga pernah berupaya merekrut mereka. Saat penahanan Mary Jane masih belum diketahui oleh publik, Sergio juga membanggakan diri tentang bagaimana ia berhasil membuat Mary Jane bekerja di luar negeri. Beberapa di antara para tetangga ini yang saat ini menjadi pelapor dalam tuduhan perekrutan ilegal dan penyelundupan manusiayang dikenakan kepada Sergio.
Namun pada saat itu, tanpa informasi yang memadai, mereka mempercayai cerita Sergio.
Perjalanan ke luar negeri
Salah satu penduduk desa yang pertama kali terjebak oleh ajakan Sergio adalah Mary Jane. Saat itu, Mary Jane baru melahirkan anak keduanya dan suaminya, Michael Candelaria, sedang menganggur. Situasi ini membuat hidup Mary Jane sangat sulit.
RUMAH MARY JANE. Kemiskinan mendorong Mary Jane untuk mencari kehidupan yang lebih layak di luar negeri. Foto oleh Jansen Romero/Rappler
Suatu ketika, Mary Jane dan suaminya datang ke rumah keluarga Lacanilao dan meminta bantuan Sergio untuk mencarikan pekerjaan baginya di luar negeri. Saat itu, keluarga Lacanilao dan keluarga Mary Jane sudah sangat dekat sampai Ramon dan Sisa menjadi wali Mary Jane dalam pernikahannya.
Sebagai seorang bidan, Sisa juga dua kali membantu Mary Jane saat ia melahirkan kedua anaknya. Setiap saat keluarga Mary Jane memiliki masalah, mereka akan datang ke rumah keluarga Lacanilao.
Dalam kunjungan kedua, hanya Mary Jane yang datang. “Dia menangis. Dia ingin meninggalkan desa, menemukan pekerjaan di luar negeri dan tidak kembali,” kata Sisa. Sergio berjanji dia akan menolong Mary Jane
Pertanyaannya adalah: Bagaimana caranya? Keluarga Lacanilao masih memiliki Sergio dan anaknya, yang bahkan belum mampu mencukupi kebutuhan finansial mereka sendiri. Selama Sergio dan Julius tinggal di rumah keluarga Lacanilao, mereka bahkan tidak mampu berkontribusi terhadap pengeluaran sehari-hari di rumah.
“Mereka bahkan tidak mampu membeli kebutuhan pribadi mereka sendiri seperti sabun, pasta gigi, dan sampo,” kata Sisa.
Tapi Sergio memiliki alibi.
Sergio bercerita pada orang tua Julius bahwa dirinya dan Julius sudah merencanakan sejak lama untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, namun Julius kemudian tidak bisa ikut karena paspornya belum siap. Daripada tiket Julius terbuang, Sergio mengatakan bahwa dirinya akan pergi bersama Mary Jane.
Ramon dan Sisa tidak menyadari bahwa tiket tersebut baru akan dibeli. Belakangan terungkap bahwa Mary Jane mmembayar Sergio 20.000 peso (sekitar Rp 6 juta), dengan menggadaikan motor suaminya.
Kini Mary Jane menunggu mujizat kedua, mungkinkah itu terjadi ? (js/berbagai sumber)