Published On: Sel, Jun 16th, 2015

Lebih Baik Sutiyoso Bermain Sama Anak Cucunya Dari Pada ngurusin BIN

Share This
Tags

image

Jakarta IJN.CO.ID-Dalam usianya yang sudah uzur, 70 tahun (Lahir Desember 1944), tiba-tiba ketenangan Letjen (Pur) Situyoso terusik oleh informasi bahwa dia menjadi kandidiat Kepala Badan Itelejen Nagara (BIN). Salah satu Lembaga bergengsi yang Usernya langsung oleh Kepala Negara atau Presiden.

“Seharusnya Sutiyoso menikmati ketenangannya, karena saat berkuasa dia diganggu oleh sejumlah masalah, termasuk dikejar-kejar oleh kepolisian Australia,” kata pengamat dari Universitas Trisakti, Rama Yanti.

Menurut Rama Yanti, setelah Sutiyoso istirahat dari kegiatannya dipemerintah praktis tidak pernah terdengar kecaman dari pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh Sutiyoso.

“Awalnya orang sudah lupa, tetapi begitu ada informasi mau diaktifkan lagi di organ pemerintahan, orang jadi ingat lagi. Terutama mereka yang merasa pernah terluka oleh Sutoyoso,” ungkap Rama Yanti dalam rilisnya yang di terima wartawan ijn Senin (15/6/2015).

Sarjana psikologi ini mengatakan, sesuatu yang menyakitkan dan sudah terlupakan akan diputar kembali dalam memori di otak manusia manakala ada pemicunya. “Dalam ilmu psikologi itu disebut sebagai ingatan Episodik dan ingatan Semantik. Para ahli di bidang ingatan membagi ingatan jangka panjang menjadi ingatan episodik dan ingatan jangka pendek adalah ingatan semantik. Ingatan episodik adalah ingatan tentang peristiwa-peristiwa, sedangkan semantik adalah ingatan atau pengetahuan kita tentang fakta-fakta,: jelas Rama.

Terkait masalah Sutiyoso, yang muncul adalah ingatan episodik yang menyimpan informasi dalam bentuk gambar (bayangan) yang diorganisasikan berdasarkan pada kapan dan dimana peristiwa-peristiwa terjadi,” ujar Rama.

Selanjutnya selama berkuasa, kata Rama, Sutiyoso digiring oleh serentetan peristiwa traumatik. Walau pun dibantah oleh Sutiyoso vahwa tidak terlibat, namun peristiwa Balibo telah membuatnya kerepotan saat digrebek oleh polisi Australia di kamar hotel Sidney tahun 2007, ketika dia menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dalam peristiwa itu tiba-tiba polisi masuk ke dalam kamar Sutiyoso menggunakan kunci cadangan, mereka membawa surat untuk menyeret Sutiyoso kepengadilan Australia. Sutiyoso pun langsung pulang ke Jakarta.

Penembakan terhadap lima orang wartawan Australia di tahun 1975 di Balibo, Timtim dikenal dengan peristiwa Balibo Five, dimana menyeret Yunus Yosfiah sebagai salah satu tersangka.Lalu peristiwa Kadatuli (Kerusuhan 27 Juli 1996). Salah satu yang disorot sebagai oktornya yakni Mayjen (Pur) Sutiyoso, kala itu Sutiyoso (panggulan akrabnya) menjabat sebagai Pangdam Jaya.

Bila tidak ada rencana pengangkatan Sutiyoso sebagai Kepala BIN, peristiwa itu tidak seramai dibicarakan saat ini, tapi nanti pada 27 Juni,” kata Rama.

Kudatuli adalah peristiwa pengambil alihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat ini dikuasai oleh pendukungnya Megawati Soekartoputri. Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres di Medan) serta dibantu oleh aparat kepolisian, TNI yang akhirnya peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan dibeberapa wilayah dan di jalan Diponegoro, Salemba beberapa kendaraan dibakar dan gedungnya juga ikut dibakar massa.

“Nah sekarang ada dua pilihan buat pak Sutiyoso mau tetap tenang menikmati hari tuanya bersama cucu-cucunya, atau menjadi Kepala BIN dengan konsekuensi peristiwa-peristiwa masa lalunya akan diungkit-ungkit terus. Siapa yang bisa menjamin bila dia ke Australia lagi,” tidak digrebek pihak keamanan,” papar Rama.(solihin)