Konsep Dunia Baru: Pidato Pancasila Soekarno di PBB Tahun 1960 (Bagian Keenam)
IJN.CO.ID – Marilah kita tinjau apakah tempat kedudukan Organisasi kita tidak perlu dipindahkan dari suasana Perang Dingin. Marilah kita tinjau apakah Asia atau Afrika atau Jenewa akan dapat memberi tempat yang permanen kepada kita, yang jauh dari Perang Dingin, tidak terikat pada salah satu blok dan dimana para Delegasi dapat bergerak dengan leluasa dan bebas sekehendak mereka.
Dengan demikian, mungkin akan diperoleh pengertian yang lebih luas tentang dunia dan masalah-masalahnya.
Saya yakin, bahwa suatu negara Asia atau Afrika, mengingat akan keyakinan dan kepercayaannya, dengan senang akan mengunjukkan kemurahan hatinya kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, mungkin dengan menyediakan suatu daerah yang cukup luas, dimana Organisasi itu sendiri akan berdaulat dan dimana perundirgan-konsultasi yang penting untuk pekerjaan vital itu dapat dilaksanakan secara aman dan dalam suasana persaudaraan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak lagi merupakan badan seperti yang menandatangani Piagam lima belas tahun yang lalu. Dunia inipun tidak sama dengan yang dahulu. Mereka yang dengan kebijaksanaan berjerih-payah untuk menghasilkan Piagam Organisasi ini, tidak dapat menyangka akan terjelmanya bentuk yang sekarang ini. Diantara orang-orang yang bijaksana dan jauh pandangannya itu, hanya beberapa yang sadar, bahwa akhir imperialisme sudah tampak dan bahwa bila Organisasi ini harus hidup terus, maka ia mesti memberi kemungkinan kepada bangsa-bangsa yang lahir kembali untuk masuk beramai-ramai, berduyun-duyun dan bersemangat.
Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa seharusnya memecahkan masalah-masalah. Untuk menggunakannya sebagai forum perdebatan belaka, atau sebagai saluran propaganda, atau sebagai sambungan dari politik dalam negeri, berarti memutar-balikkan cita-cita mulia yang seharusnya meresap di dalam badan ini.
Pergolakan-pergolakan kolonial, perkembangan yang cepat dari daerah-daerah yang belum maju di lapangan teknis, dan masalah perlucutan senjata, semuanya merupakan masalah-masalah yang tepat dan mendesak untuk kita pertimbangkan dan musyawarahkan. Akan tetapi, telah menjadi jelas, bahwa masalah-masalah yang vital ini tidak dapat dibicarakan secara memuaskan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sekarang ini. Sejarah badan ini menunjukkan kebenaran yang menyedihkan dan yang jelas dari apa yang telah saya katakan.
Sungguh tidak mengherankan bahwa demikianlah jadinya. Intinya adalah bahwa Organisasi kita mencerminkan dunia tahun Sembilanbelas empatpuluh lima, dan bukan dunia zaman sekarang. Demikianlah halnya dengan semua badan-badannya – kecuali satu-satunya Majelis yang agung ini – dan dengan semua Lembaga-lembaganya.
Organisasi dan keanggautaan Dewan Keamanan – badan yang terpenting itu – mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan dari dunia tahun Sembilanbelas empatpuluh lima, ketika Organisasi ini dilahirkan dari inspirasi dan angan-angan yang besar. Demikian pula halnya dengan sebagian besar daripada Lembaga-lembaga lainya. Mereka itu tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara Sosialis ataupun berkembangnya dengan cepat kemerdekaan Asia dan Afrika.
Untuk memodernisir dan membuat efisien Organisasi kita, barangkali juga Sekretariat di bawah pimpinan Sekretaris jenderalnya, mungkin membutuhkan peninjauan kembali. Dengan mengatakan demikian, saya tidak – sama sekali tidak – mengeritik atau mencela dengan cara apapun Sekretaris Jenderal yang sekarang, yang senantiasa berusaha, dalam kondisi-kondisi yang tak dapat diterima lagi, melakukan tugasnya dengan baik, yang kadang-kadang tampaknya tidak mungkin dilaksanakan.
Jadi, bagaimanakah mereka bisa efisien? Bagaimana anggauta-anggauta kedua golongan dalam dunia ini – yakni kalangan yang merupakan suatu kenyataan dan yang harus diterima – bagaimanakah anggauta-anggauta kedua golongan itu bisa merasa tenang di dalam Organisasi ini dan memiliki kepercayaan penuh yang diperlukan terhadapnya.
Sejak perang kita telah menyaksikan tiga gejala-gejala besar yang permanen.
Pertama ialah bangkitnya negara-negara sosialis. Hal ini tidak disangka dalam tahun Sembilanbelas empatpuluh lima. Kedua adalah gelombang besar dari emisi nasional dan emansipasi ekonomi yang melanda Asia dan Afrika serta Saudara-saudara kita di Amerika Latin. Saya kira bahwa hanya kita, yang langsung terlibat di dalamnya, dapat menduganya. Ketiga ialah kemajuan ilmiah besar, yang semua bergerak dilapangan persenjataan dan peperangan, akan tetapi yang dewasa ini berpindah kelapangan rintangan dan perbatasan ruang angkasa. Siapakah yang dapat meramalkannya ketika itu?
Benar, Piagam kita dapat dirubah. Saya menyadari, bahwa ada prosedure untuk melakukan hal ini dan akan tiba waktunya ini dapat dilakukan. Akan tetapi persoalan ini mendesak. Hal ini mungkin merupakan persoalan mati atau hidup bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Janganlah sampai pandangan legalistik yang picik dapat menghalangi dikerjakannya usaha itu dengan segera.
Adalah sama pentingnya bahwa pembagian kursi dalam Dewan Keamanan dan badan-badan serta lembaga-lembaga lainnya harus dirobah. Dalam hal ini saya tidak berpikir dalam istilah blok-blokan, tetapi saya memikirkan betapa sangat perlunya Piagam dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Sekretariat Perserikauan Bangsa-Bangsa, semuanya itu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari dunia kita sekarang ini.
Kami dan Indonesia memandang organisasi ini dengan harapan yang besar, tetapi juga dengan kekhawatiran yang besar. Kami memandangnya dengan harapan besar, karena pernah berfaedah bagi kami dalam perjuangan untuk kehidupan nasional kami. Kami memandanginya dengan harapan besar, karena kami percaya bahwa hanya organisasi semacam inilah dapat memberikan rangka bagi dunia yang sehat dan aman sebagaimana kami rindukan.(jef)