Kapolri Serang Balik Presiden GIDI
JAKARTA, IJN.CO.ID – Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti menyerang balik Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Dorman Wandikmbo yang menyalahkan TNI/Polri atas insiden penyerangan terhadap umat Islam di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (20/7/2015), yang berujung terbakarnya Masjid Baitul Muttaqim.
“Seharusnya Presiden GIDI yang mencegah jamaahnya untuk tidak membubarkan jamaah (yang sedang) Shalat Ied di halaman Koramil. Sangat tidak bijak kalau Presiden GIDI malah menyalahkan Polri,” katanya saat dihubungi wartawan, Senin (20/7/2015).
Kepada TVOne, Kapolri mengatakan bahwa setelah Kapolres Tolikara AKBP Suroso mendapatkan surat edaran (SE) yang dikeluarkan Sekretaris Badan Pekerja Wilayah Tolikara (BPWT) GIDI pada 13 Juli, yang isinya antara lain melarang umat Islam melaksanakan Shalat Ied, Kapolres langsung berkoordinasi dengan Dorman dan meminta agar surat itu dicabut.
Tak hanya itu, Kapolres juga berkoordinasi dengan Koramil, Bupati Tolikara Usman Wanimbo dan Ulama Tolikara Ustad Ali Muchtar untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
Namun, lanjutnya, ketika umat Islam melakukan Shalat Ied di halaman Koramil, massa GIDI datang dan melakukan protes.
“Kapolres mencoba melakukan negosiasi, namun massa yang datang bertambah banyak, sehingga negosiasi tak berhasil,” imbuh Kapolri lagi.
Selanjutnya, massa yang berjumlah ratusan orang itu melakukan pelemparan terhadap umat Islam, sehingga polisi melakukan penembakan yang menyebabkan 12 orang cedera.
Sebelumnya, Dorman Wandikbo menuding aparat keamanan sebagai penyebab insiden penyerangan itu.
Menurut dia, aparat keamanan bertindak keras dengan tidak memberikan ruang demokrasi untuk berdiskusi, sehingga jemaat GIDI memprotes, karena GIDI sedang menyelenggarakan seminar internasional, dan telah pula mengeluarkan aturan untuk tidak menggunakan pengeras suara saat pelaksanaan kegiatan ibadah.
“Jadi, amukan dan kemarahan masyarakat bukan disebabkan oleh aktivitas ibadah umat Muslim, tapi lebih karena tindakan dan perlakukan biadab aparat TNI/Polri yang tidak membuka ruang demokrasi atau untuk mendiskusikan hal-hal yang baik bagi keberlangsungan ibadah kedua belah pihak,” kata Dorman lewat siaran persnya, Senin (20/7/2015).
Ia mengklaim, warga belum sempat berdiskusi untuk menegosiasikan hal yang sebaiknya bisa dilakukan, namun aparat keamanan sudah melepaskan tembakan secara brutal dan membabi buta, sehingga sejumlah jemaat GIDI ada yang tewas dan terluka. (Fidel)