Published On: Jum, Jan 1st, 2016

Jokowi Buktikan Komitmen Pengembangan Wisata Maritim dan Budaya Papua

Share This
Tags
(foto:Ist)

(foto:Ist)

RAJA AMPAT,IJN.CO.ID-Pengamat pariwisata yang juga Dekan Ekologi Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Arif Satria menilai kunjungan Presiden Joko Widodo ke Papua untuk membuktikan komitmennya dalam mengembangkan wisata maritim dan budaya masyarakat Papua.
“Kunjungan Presiden Jokowi ke Papua itu sebagai bukti komitmennya dalam mengembangkan wisata maritim dan budaya masyarakat Papua,” kata Arif Satria yang dihubungi melalu telepon selular, kemarin.
Di penghujung tahun 2015, Jokowi bukan hanya mengunjungi Papua tetapi bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya ikut merayakan malam Tahun Baru 2016 di Pantai Waisai Tercinta, desa Waisai, Raja Ampat, Papua Barat.
Selain menikmati matahari terbit pada hari pertama tahun 2016, Presiden juga menyempatkan diri berkunjung ke Pulau Painemo yang sudah menjadi salah satu ikon destinasi dunia.
“Sebenarnya kunjungan ke Pulau Painemo itu tidak ada dalam jadwal. Tetapi, itu menjadi spesial bagi Menpar Arief Yahya yang berkeinginan menjadikan wisata sebagai industri melalui program Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia,” jelas Arif Satria.
Keindahan Pulau Painemo memang telah menjadi perhatian wisatawan manca negara apalagi Sergei Bryn yang juga godfather google sengaja datang secara khusus ke tempat tersebut. Bahkan, orang yang masuk dalam daftar 10 orang terkaya dunia itu menyebut Raja Ampat sebagai tempat wisata terbaik dunia.
Sementara itu, acara perayaan tahun 2016 itu dilakukan berbagai pertunjukan. Salah satunya tarian Nanibili. Tarian yang dibawakan 12 penari berpakaian adat Papua ini cukup memukau dan mendapat sambutan hangat dari 5 ribu penonton yang hadir. “Tari Nanibili memang selalu diminta  tampil pada acara besar. Bukan hanya pesta tahunan tetapi kami juga tampil untuk menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara pada acara Sail Raja Ampat juga terlibat,” kata pimpinan tim, Neles Rumanasen.
Keindahan tari yang menggambarkan tentang piring adat sebagai alat tukar tidak perlu diragukan. Pasalnya, tari ini sudah menembus Rusia dan Amerika Serikat.
“Kami pernah mengisi acara di Amerika Serikat tahun 2012 dan Rusia pada 2014 dan Papua Nugini tahun 2015,” jelas Neles.
Hal senada juga dilontarkan Erick Titahena. Bahkan, dia bertekad mempertahankan keberadaan Tari Nanibili dari kepunahan. “Saya akan terus mengembangkan kebudayaan Papua karena seni menjadi jalan hiudup saya,” kata Erick yang datang ke Raja Ampat untuk menikmati liburan di Tanah kelahirannya.
“Saat ini, saya mengembangkan Tari Nanibili di Yogyakarta dengan membuka sanggar Dancer Yogya Baylamos,” tambahnya.

(*/jef)