GABSI Berani Tanggung Peserta Tapi Ngeluh Soal Anggaran Pelatnas
JAKARTA,IJN.CO.ID – Awalnya cabang olahraga bridge tidak dipertandingkan pada Asian Games 2018. Sebab, bridge termasuk kategori Mind Games seperti halnya cabor catur. “Dewan Olimpiade Asia OCA sejak awal tidak setuju cabor Bridge dipertandingkan di Asian Games 2018. Bridge itu layaknya catur yang masuk kategori Mind Games,” kata mantan Sekjen Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Hifni Hasan di Jakarta, Minggu (7/1/2018).
Penolakan OCA tidak menyurutkan perjuangan Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI). Lewat surat tetanggal 11 Oktober 2016 yang berisikan tentang kesanggupan PB GABSI menanggung biaya partisipasi atlit dari NOC dan biaya penyelenggaraan Asian Games itu akhirnya OCA menyetujui bridge dipertandingkan pada Asian Games 2018. “Adanya surat garansi dan PB GABSI dan Bambang Hartono (pemilik Djarum) akhirnya disepakati Bridge bisa masuk Asian Games 2018,” ungkap Hifni.
Garansi jaminan itu juga disampaikan kepada Ketua Umum KOI, Erick Thohir.
“Saat itu, Oktober 2015 khan terjadi pergantian Ketua Umum KOI dari bu Rita Subowo ke pak Erick dan PB GABSI juga mempertegas komitmen menyanggupi menanggung seluruhnya,” ujarnya.
Atas dasar itu, Hifni yang merupakan anggota Tim Verifikasi Deputi IV Kemenpora menyayangkan pernyataan Ketua Umum PB GABSI, Eka Wahyu Kasih terkait pemotongan anggaran pelatnas prioritas. “Harusnya PB GABSI tidak perlu seperti itu. Kalau melihat surat tersebut ada atau tanpa bantuan pemerintah pelatnas bridge tetap berjalan,” tegasnya.
Sejak tim verifikasi mengumumkan alokasi anggaran bagi persiapan pelatnas, PB GABSI bersuara keras menentang kebijakan pemotongan anggaran. Bahkan, Eka Wahyu Kasih mengancam akan menarik target 2 emas yang dicanangkan di Asian Games 2018. Menghadapi Asian Games 2018, PB GABSI mengusulkan 23 miliar untuk kebutuhan pelatnas bridge. Namun setelah diproses melalui tim Verifikasi hanya disetujui Rp9 miliar.(*/jef)