Published On: Ming, Jun 7th, 2015

Dikisahkan Drs.Zahir Khan,SH,Dipl,TEFL : Hikmat Khan Mantan British Indian (Bagian Pertama)

Share This
Tags
Drs.Zahir Khan,SH,Dipl,TEFL (foto: solihin/IJN)

Drs.Zahir Khan,SH,Dipl,TEFL (foto: solihin/IJN)

Jakarta,IJN.CO.ID – Himat Khan (1886-1989) Adalah Salah Seorang Dari 600 Tentara Pakistan yang membelot dari Inggris ke TNI.

Anda pernah mendengar ada sekitar 600 tentara Inggris British Indian Armi (BIA) asal Pakistan yang membelot untuk membela Indonesia? Dalam buku sejarah yang dipelajari di sekolah tidak di ungkap tetapi kisahnya ada dan benar-benar nyata,Peristiwa ini terjadi pada saat Kerajaan Inggris mengerahkan tentaranya untuk membantu melanggengkan penjajahan Belanda di Indonesia pada 1942-1949 salah satu dari 600 tentara tersebut bernama Hikmat Khan.

“Bapak saya prinsipnya mendukung kemerdekaan yang merupakan hak setiap Bangsa dan menentang penjajahan yang merupakan alasan dari 600 tentara Pakistan membelot ke TNI,terlebih lagi Indonesia adalah negara Islam,’’ jelas Drs. Zahir Khan SH.Dipl.TEFL yang kini berusia 74 tahun.mengungkap alasan mengapa Hikmat Khan dan ratusan tentara muslim yang seluruhnya berasal dari Pakistan membelot ke Indonesia.

Anak kelima dari dua belas bersaudara tersebut mengatakan,”Sedangkan ribuan anggota BIA lainya yang non muslim tetap menuruti perintah Inggris.”Sedangkan tentara Inggris dan India yang beragama Hindu dan Gurkha yang beragama sikh itu tetap bergabung dengan Iggris untuk melanggengkan penjajahan Belanda di Indonesia,’’ungkap Zahir khan

Sebelum menjadi tentara Inggris Hikmat Khan menjadi polisi yang ditugaskan Inggris di Hongkong sejak 1916 saat kembali ke Pakistan Inggris menempatkan lelaki kelahiran Peshawar itu untuk menjadi tentara,meski sempat menolak karena kawatir bakal dihadapkan dengan musuh Inggris yang sesama muslim Hikmat akhirnya pada tahun 1930 menjadi tentara BIA

“Penerimaan itu di dasarkan niat untuk menyelamatkan Pakistan dan Negeri Muslim lainya, sebagaimana akhirnya terbukti di Indonesia”ujar Drs Zahir khan,tidak nyaman dengan kondisi Pakistan yang dalam cengkraman Inggris,ia pun mengikuti jejak Aslam Khan, saudaranya memboyong keluarga Asembagus Situbondo Jawa Timur”Keluarga tinggal di sana sedangkan bapak di Pakistan bila ada kesempatan datang ke Asembagus untuk menengok keluarga”ujar mantan Diplomat RI.

Pada thn 1942 Inggris mengirim ribuan tentara BIA yang disebar ke berbagai kota untuk mengkokohkan kembali penjajahan Belanda di Indonesia”Agar mereka mau kemudian Inggris mengatakan akan membawa ke Singapura ternyata di kirimnya ke Indonesia”keluhnya
Sesampai di Indonesia di Jakarta,Medan,Surabaya dan kota lainya tentara Pakistan terkejut melihat penduduk setempat rumah-rumah ada kaligrafi Basmalah satu sama lain kalau bertemu mengucap salam,itu membuat hati ayah saya dan tentara Pakistan bergetar”ungkap Zahir khan.

Setelah menyadari dirinya ternyata berlabuh di Tanjung Priuk Hikmat diam-diam kontak dengan orang Pakistan yang sudah lama tinggal di Jakarta salah satunya Zaristan, Khan teman lama dan menjadi besanya,dan meminta kepastian apa sesunguhnya yang terjadi di negeri muslim terbesar ini? Seluruh tentara BIA buta informasi karena mereka dilarang untuk mendengarkan radio atau membaca koran.

Pasukan Pakistan yang di pimpin Ghulam Rsaul yang umumnya belum bisa bahasa Indonesia secara diam-diam sering bertemu Zaristan untuk mendengarkan pidato Soekarno di radio ataupun berita dari radio India dan Singapura,kenalan Hikmat adalah tabib spesialis ambeyen asal Pakistan yang bernama tabib Sher,dirumah tabib Sher mereka sering menyerahkan granat,peluru untuk di bagikan kepejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia ke pedalaman.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tentara BIA asal Pakistan lebih membela Presiden Soekarno dari pada Belanda,saat itu Bung Karno hendak berkunjung kerumah Dr.R Soeharto di jalan Kramat Raya 128 di depan rumah dokter pribadinya Bung karno terjebak di dalam mobil yang dikepung para serdadu Nica.

Begitu tahu tentara muslim asal Pakistan yang sedang kumpul di rumah Tabib Sher di Senen langsung mengajak teman-temanya yang lain untuk menolong Bung Karno maka terjadilah perdebatan seru antara serdadu Nica yang menodongkan senjata kepada Bung Karno dengan pasukan muslim dari Pakistan yang jumlahnya jauh lebih banyak sambil mengarahkan laras panjang ke tentara Belanda. Meskipun tentara Nica mengatakan Bung Karno adalah musuh,tentara muslim tetap memerintahkan agar tentara Nica meletakan senjata dan mengangkat tangan kalau tidak menurut akan ditembak habis akhirnya serdadu Nica mundur ambil memaki-maki. (Solihin)