Bumi Alami Kepunahan Mulai 2030
JAKARTA,IJN.CO.ID – Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon pernah mengatakan kita saat ini adalah generasi pertama yang bisa menangkal perubahan iklim karena generasi sebelumnya tidak memiliki pengetahuan, sarana serta dana. “Sayangnya, kita juga adalah generasi terakhir yang bisa melakukan itu, karena jika tidak, bumi akan mengalami kepunahan di generasi berikutnya, mulai tahun 2030,” papar Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim Rachmat Witoelar.
“Perubahan iklim itu bukan tentang besok hujan atau tidak. Namun peningkatan suhu bumi karena pemanasan global akibat tingginya bahan bakar fosil seperti karbondioksia (CO2) yang berakibat bagi perubahan kehidupan,” kata Rachmat usai menjadi pembicara dalam Climate Week yang diadakan Indonesia Climate Alliance (ICA) di Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Berdasarkan Indonesia Climate Alliance (ICA), perubahan iklim berdampak negatif banyak terhadap Indonesia, mulai terhadap sektor kelautan dan perikanan berupa penggenangan air laut di pesisir, erosi pantai dan sedimentasi, gelombang ekstrem, kerusakan terumbuk karang akibat pemutihan, sampai pergeseran ekosistem perairan yang mengganggu produktivitas perikanan.
ICA mencatat 24.000 pulau tenggelam karena naiknya permukaan air laut dan akan melonjak hingga dua ribu pulau pada 2030.
Selain itu, perubahan iklim juga membawa efek kesehatan mengerikan seperti penyebaran penyakit melalui serangga, udara, air, dan makanan akibat perubahan parameter suhu udara, curah hujan, kelembaban dan cuaca ekstrem
Namun, masyarakat kurang mempedulikan perubahan iklim sehingga masih banyak yang tidak mengetahui isu besar nan global yang mengubah total kehidupan.
Ia melanjutkan, beberapa dampak perubahan iklim seperti pergeseran waktu cocok tanam dan peningkatan suhu air laut akan mempengaruhi banyak aspek, seperti kesehatan, kehutanan hingga rentan terjadi bencana alam.
Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup ini menegaskan perubahan iklim adalah permasalahan yang sangat penting.
Rachmat kecewa masalah iklim hampir tidak pernah dibawa dalam visi misi seseorang yang mencalonkan diri menjadi kepala daerah di Indonesia karena perubahan iklim masih dianggap isu yang tidak populer dan tidak bisa mendatangkan suara pemilih.
“Semoga menjelang Pilkada serentak pada Desember 2015, climate change lebih mendapatkan tempat,” ujar Rachmat.(Ant/IJN)