Published On: Kam, Jul 30th, 2015

BMKG: Kekeringan dan El Nino 2015

Share This
Tags
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan berpotensi terkena dampak Elnino (foto: fidel)

Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan berpotensi terkena dampak Elnino (foto: fidel)

JAKARTA,IJN.CO.ID – Tahun 2015 ini, fenomena kekeringan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah-daerah seperti Jawa, Sulawesi Selatan, Lampung, Bali, NTB dan NTT telah mengalami hari tanpa hujan berturut-turut sangat panjang. Jika dipantau dari Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan, wilayah-wilayah tersebut sejak Mei 2015 lalu.

Panjangnya musim kemarau di beberapa tempat di Indonesia, terutama di sebelah selatan katulistiwa pada tahun 2015 ini diduga merupakan dampak dari fenomena El Nino yang telah mencapai level moderate dan diprediksi akan menguat mulai Agustus sampai dengan Desember 2015. Trend penguatan El Nino 2015 ini ditunjukkan oleh kenaikan indeks ENSO dari 1,6 pada bulan Juni menjadi 2,2 pada bulan Desember 2015. Daerah-daerah di Indonesia yang berpotensi terkena dampak El Nino 2015 meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

BMKG memberikan keterangan pers (foto: fidel)

BMKG memberikan keterangan pers (foto: fidel)

NTB dan NTT telah memasuki musim kemarau sejak bulan Maret 2015 dan diprediksi akan berlangsung sampai dengan November 2015. Sementara untuk wilayah Jawa memasuki musim kemarau sejak bulan April dan diprediksi hingga bulan Oktober 2015.

Fenomena El Nino yang mempengaruhi panjang musim kemarau 2015 ini selanjutnya dapat menyebabkan awal musim hujan 2015/16 di beberapa daerah mengalami kemunduran. Musim hujan 2015/16 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mulai pada bulan November atau Desember.

Pada sektor pertanian hal ini dapat menyebabkan panjangnya masa paceklik atau gagal panen. Pada sektor kehutanan El Nino dapat berdampak pada kebakaran hutan dan lahan. Pada sektor kesehatan berdampak pada kurangnya ketersediaan air bersih dan meningkatnya demam berdarah. Namun, pada sektor kelautan, fenomena ini dapat meningkatkan tangkapan ikan dan potensi garam.(fidel)