BIN Diminta Menyelidiki Hubungan GIDI dengan Israel
JAKARTA, IJN.CO.ID – Badan Intelijen Negara (BIN) diminta mengusut kebenaran kabar kalau Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang menjadi pelaku insiden Tolikara, memiliki hubungan kerja sama dengan Israel.
“Di media sosial kan tersebar informasi bahwa kelompok pembakar masjid tersebut memiliki kerja sama dengan Israel. Oleh karenanya, BIN perlu melakukan penelusuran mengenai kemungkinan pengaruh atau keterlibatan Israel dalam persoalan ini,” kata Sekretaris Jenderal Pusat Advoaksi Hukum dan HAK Asasi Manusia (PAHAM) Rozaq Asyhari dalam keterangan persnya, Senin (20/7/2015).
Ia menilai, semua pihak, tak hanya Kepolisian dan TNI, tapi juga BIN harus turut berperan mengusut tuntas kasus pada hari pertama Iedul Fitri 1436 Hijriyah, atau Jumat (17/7/2015), untuk mendapatkan akar permasalahan yang sebenarnya, yang menjadi pemicu insiden ini.
“Penegakkan hukum harus dilakukan agar tidak mengesankan pembiaran,” tegasnya.
PAHAM mengutuk keras penyerangan terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan Shalat Ied di halaman Koramil Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, itu yang berbuntut terbakarnya Masjid Baitul Muttaqiem, karena dinilai sebagai bentuk teror terhadap ummat Islam.
Data bahwa GIDI memiliki hubungan kerja sama dengan Israel dapat dilacak melalui laman resmi organisasi ini Pusatgidi.org pada rubrik ‘Agreement GIDI’ dimana di situ terdapat tiga sub kanal, yakni ‘Israel’, ‘ECPNG’ dan ‘Palau’.
Jika sub kanal ‘Israel’ diklik, maka muncullah laman yang memublikasikan perjanjian kerja sama organisasi yang terdaftar secara resmi di Kementerian Agama itu, dengan negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan RI tersebut.
Dalam laman itu dijelaskan kalau perjanjian kerjasama (Agreement Co-Operation) dibuat pada 20 November 2006.
Pendirian GIDI dirintis oleh tiga misionaris dari Unevangelized Fields Missions (UFM) dan Asia Pacific Christian Mission (APCM) bernama Hans Veldhuis, Fred Dawson, Russel Bond pada 1955. (Fidel)