Jakarta,IJN.CO.ID-Banyak kalangan menilai gebrakan dan kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama( Ahok) terlalu berlebihan dan sangat tegas, sehingga banyak pihak yang sering bermain anggaran sangat tertekan dan merasa pendaringannya sedikit goyang tidak dapat berjalan sebagaimana yang dijalani sebelum Ahok menjadi Gubernur.

Adanya sejumlah kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang antikorupsi dinilai sesuai dengan gagasan revolusi mental. Ketegasan sikapnya yang tidak mau kompromi dengan korupsi juga mampu mengubah stigma pejabat yang buruk menjadi pejabat yang dipercaya masyarakat.
Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (Kalemdikpol) Komjen Pol Syafruddin mengatakan, pihaknya sengaja mengundang Ahok sebagai salah satu pembicara seminar revolusi mental untuk meningkatkan karakter SDM Polri, karena dianggap sebagai tokoh revolusi mental saat ini.

“Pak Ahok ini tokoh revolusi mental. Judul seminarnya revolusi mental,” kata Syafruddin di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (11/6).
Menurutnya, Ahok mampu merubah stigma masyarakat sehingga menjadikannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Salah satu stigma yang bisa dirubah oleh Ahok adalah mengenai politikus yang korupsi menjadi tidak korupsi.
“Pak Ahok ini salah satu yang merubah stigma apa saja yang bertentangan bahwa politikus itu stigmanya negatif bisa dirubah jadi positif Tentunya dengan komitmen ya Yang korup menjadi tidak korup,” ucapnya.

Sementara itu, Ahok pun mengakui dirinya berusaha untuk merubah stigma masyarakat mengenai politikus, dan itu harus dibuktikan dengan tindakan.
“Mulai saya menjadi Bupati Belitung Timur hingga saat ini, saya terus berusaha untuk merubah stigma masyarakat Selama ini masyarakat berpikir kalau politikus itu korupsi, tidak menepati janji dan sebagainya,” jelas Basuki.

Ia mengakui, revolusi mental saat ini bukanlah idenya Ia hanya meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. “Sekarang kita ikutin Pak Jokowi. Terusin yang Pak Jokowi lakukan ,” ucapnya.(SOLIHIN)